Drone Sepanjang 25 Meter Ini Jadi Pesawat Nirawak Terbesar di Dunia

| 11 Dec 2020 14:05
Drone Sepanjang 25 Meter Ini Jadi Pesawat Nirawak Terbesar di Dunia
Pesawat nirawak Ravn X buatan startup Aevum dirilis ke publik pada Kamis, (10/12/2020). Dengan rentang sayap 18,3 meter dan berat hingga 28 ton, drone ini menjadi yang terbesar di dunia. (Foto: Ennoti/Flickr)

ERA.id - Dirilis ke publik pada hari Kamis, (10/12/2020) Ravn X menjadi pesawat nirawak terbesar di dunia dengan bobot 28 ton dan ukuran badan pesawat yang melebihi unmanned aircraft (UAS) manapun yang pernah terbang di angkasa saat ini.

Dari fasilitas lepas landas Cecil SpacePort di Jacksonville, Florida, AS, perusahaan startup Aevum memperlihatkan pesawat yang rentang sayapnya mencapai 18,3 meter dan tinggi 5,9 meter. Namun, meski memiliki ukuran tubuh raksasa, penampilan pesawat nirawak lebih mirip sebuah pesawat jet futuristik alih-alih pesawat drone biasa.

Ravn X sendiri didesain tidak untuk membawa penumpang atau mengantarkan barang ke depan rumah. Ia didesain untuk membawa satelit ke luar angkasa. Tekniknya, Ravn X ini akan terbang hingga ketinggian tertentu, lalu menjatuhkan roket yang bakal menembakkan satelit-satelit kecil dengan bobot kira-kira 99 kilogram ke orbit rendah (low-Earth).

Aevum mengklaim bahwa Ravn X bisa membawa satelit ke luar angkasa setiap 180 menit sekali, sepanjang hari, seperti dilaporkan situs Robb Report. Ketika misi tersebut selesai, pesawat nirawak ini akan mendarat dan memarkirkan diri di dalam hanggar.

Pesawat Ravn X juga bisa kembali ke Bumi setelah digunakan. Oleh karena itu, 70 persen kendaraan nirawak ini masih bisa digunakan kembali. Angka itu bisa meningkat hingga 95 persen di masa depan, demikian disampaikan Aevum.

Keunggulan Ravn X adalah ia bisa terbang seperti pesawat pada umumnya dan hanya membutuhkan landasan pacu sepanjang 1 mil. Drone ini bisa terbang sendiri tanpa pilot, dan bisa mengoperasikan dirinya sendiri mengunakan sistem "autonomous launch architecture." Dengan ini Ravn X mengukur kondisi cuaca, lalu lintas udara, tujuan, berat bawaan, hingga status logistik yang dibawa.

"Amerika Serikat makin menyadari perlunya akses segera menuju ke orbit rendah Bumi," kata CEO Aevum, Jay Skylus.

"Lewat teknologi otomatis, Aevum bisa mempersingkat durasi persiapan peluncuran (satelit) dari tahunan menjadi beberapa bulan. Bahkan beberapa menit, bila klien kami meminta. Ini bisa meningkatkan taraf hidup di Bumi. Ini bisa menyelamatkan banyak nyawa."

Aevum telah diberi hibah dana riset hingga 1 miliar dolar AS lewat kontrak pemerintah AS. Misi pertanya dijalankan bersama Angkatan Luar Angkasa AS. Misi peluncuran satelit kecil, dinamai misi satelit ASLON-45, ini menggunakan dana 4,9 juta dolar AS dan bakal berjalan pada tahun 2021. Setelah itu akan ada 20 misi lainnya yang dijalankan lewat teknologi Aevum ini.

Rekomendasi