Polisi Myanmar Kabur ke India, Tolak Instruksi Tembak Demonstran

| 10 Mar 2021 19:53
Polisi Myanmar Kabur ke India, Tolak Instruksi Tembak Demonstran
Sejumlah orang menghadiri proses pemakaman Kyal Sin (19) alias Angel, seorang pengunjuk rasa yang tewas tertembak oleh pihak militer saat berunjuk rasa menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar, Kamis (4/3/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj)

ERA.id - Polisi yang ditugaskan di kota Khampat, Myanmar, pada 27 Februari, mengaku diperintahkan untuk menembak para demonstran menggunakan senjata submachine gun. Beberapa polisi menolak arahan tersebut, seperti dilaporkan Reuters, (10/3/2021).

Laporan dari Reuters menunjukkan seorang polisi 27 tahun, bernama Tha Peng, dua kali menolak permintaan untuk menembak warga pengunjuk rasa anti-kudeta Myanmar. Setelah itu, pada 28 Februari, ia mengundurkan diri dari dinas kepolisian.

Pada 1 Maret, Tha Peng mengaku meninggalkan rumah dan keluarganya di Khampat dan menelusuri jalanan Myanmar di malam hari hingga ke negara bagian Mizoram di India. Ia sengaja berjalan di malam hari agar tidak dipergoki aparat.

Tha Peng merahasiakan sebagian identitasnya. Namun, Reuters sempat melihat kartu tanda anggota polisi yang bersangkutan dan mengonfirmasi kebenaran identitas pria tersebut.

"Saya tak punya pilihan lain," kata Tha Peng pada Reuters pada Selasa.

Ia mengaku tidak menaati perintah atasannya dalam demonstrasi pada 27 Februari lalu. Kala itu keputusannya juga diikuti 6 personil polisi lainnya.

Reuters juga menyebutkan bahwa kepolisian Mizoram, India, pada 1 Maret telah mendapat kesaksian dari satu polisi Myanmar berpangkat kopral dua dan tiga personil constabel. Mereka semua meninggalkan Myanmar menuju India.

"Di tengah maraknya gerakan pembangkangan sipil dan unjuk rasa dari demonstran anti-kudeta, kami diinstruksikan untuk menembak para demonstran," kata mereka dalam dokumen pernyataan di kepolisian Mizoram.

"Dalam skenario tersebut, kami tak punya nyali untuk menembak warga sebangsa kami yang berdemonstrasi secara damai."

Junta militer Myanmar, yang mengadakan kudeta pada 1 Februari, belum memberi komentar terhadap pengakuan para polisi, demikian sebut Reuters.

Tha Peng menjadi kasus pertama yang berhasil dilacak media mengenai petugas polisi Myanmar yang menolak instruksi menembak para demonstran.

Hingga hari ini, unjuk rasa masih terus terjadi di seantero Myanmar, tak gentar oleh pengerahan aparat yang represif. Lebih dari 60 demonstran telah tewas dan 1.800 orang ditahan aparat, demikian disampaikan kelompok advokasi Assistance Association for Political Prisoners.

Di antara pihak yang ditahan junta militer Myanmar, ada penerima nobel Aung San Suu Kyi, figur publik yang memimpin pemerintahan Myanmar sebelum terjadinya kudeta.

Rekomendasi