ERA.id - Aparat Myanmar melepaskan tembakan ke arah arak-arakan pemakaman warga sipil pada Minggu, (28/3/2021), lapor Reuters berdasarkan pengakuan saksi mata.
Sebanyak 114 orang meninggal dunia satu hari sebelumnya akibat represi aparat, memicu dukacita mendalam di seantero negeri tersebut.
Pada Senin, Reueters mengabarkan para pelayat kabur berpencar untuk menghindari peluru aparat saat mereka sedang memakamkan seorang mahasiswa, Thae Maung Maung, di kota Bago, dekat Yangon. Belum diketahui apakah ada korban jiwa atas penembakan tersebut, lapor Reuters.
"Saat kami sedang menyanyikan lagu revolusi untuknya, aparat keamanan datang dan menembak ke arah kami," demikian kesaksian seorang wanita bernama Aye. "Orang-orang, termasuk kami, berhamburan sementara mereka terus menembak."
The junta’s troops opened fire on a crowd of people at a funeral in Bago on Sunday morning. The people had gathered to mourn the death of 20-year-old student union member Thae Maung Maung, shot dead by the regime's armed forces on Saturday. #WhatsHappeningInMyanmar pic.twitter.com/FEH79H4Nke
— Myanmar Now (@Myanmar_Now_Eng) March 28, 2021
Pada Minggu, 12 orang dikabarkan tewas dalam insiden demonstrasi lainnya di Myanmar, demikian sebut organisasi Assistance Association for Political Prisoners. Dengan begitu, sejak kudeta 1 Februari, telah ada 459 warga yang kehilangan nyawanya di Myanmar.
Sementara itu, ribuan warga desa di perbatasan Myanmar dikabarkan telah lari menyelamatkan diri ke arah Thailand pasca pihak militer melakukan serangan udara terhadap kelompok milisi bersenjata setempat. Kelompok tersebut dikabarkan makin agresif sejak kudeta meletus di Myanmar.
Demonstrasi skala besar tidak terjadi di kota Yangon atau Mandalay pada Sabtu lalu, yang menjadi Hari Angkatan Bersenjata di Myanmar. Namun, Reuters mengabarkan, warga di Mandalay telah mengepung sebuah pos polisi pada Sabtu malam karena polisi diduga telah membakar habis lima rumah di kota itu.
Selain itu, enam anak di Myanmar, berusia antara 10 hingga 16 tahun, ikut tewas dalam aksi membabibuta aparat pada Sabtu, dilaporkan oleh media setempat. Para demonstran menyebut para korban sebagai "Fallen Stars" (Bintang Jatuh).