ERA.id - Warga seusia anak-anak di Mozambik menjadi korban pemenggalan dan brutalitas milisi pro ISIS, sebut organisasi kemanusiaan Save The Children.
Organisasi yang berpusat di Inggris itu menyatakan mendengarkan "kisah-kisah mengerikan" dari keluarga asal Mozambik yang harus menyingkir dari kampung halaman mereka. Dilaporkan di The Guardian, sejumlah ibu mengaku mendapati putra-putra mereka dibunuh secara mengerikan oleh milisi pro ISIS.
"Kami mencoba kabur ke hutan, namun, mereka mengambil putra tertua saya dan memenggal kepalanya," kata wanita berusia 28 tahun yang ditemui Save The Children.
"Kami tak melakukan apa-apa karena kalau tidak kami juga akan dibunuh."
Satu ibu lainnya, yang diidentifikasi dengan nama Amelia dan masih berusia 29 tahun, juga mengaku bahwa putranya yang masih berusia 11 tahun ikut tewas dipenggal oleh para milisi.
Provinsi Cabo Delgado di kawasan utara Mozambik sejak 2017 memang telah menjadi lokasi perkembangan aksi kekerasan oleh simpatisan ISIS. Cara pemenggalan kepala telah menjadi ciri khas kelompok tersebut, namun pada tahun 2020, milisi mulai mencoba mengambil alih kota-kota strategis.
Aksi brutal terus berlanjut, hingga memicu insiden pembunuhan massal terhadap 52 orang di Desa Xitaxi pada April tahun lalu.
Secara total, hampir 2.700 warga tewas akibat rangkaian aksi kekerasan semacam ini, seperti dicatat oleh the Armed Conflict Location and Event Data Project. Sementara itu, hampir 670 ribu warga terpaksa menyingkir ke daerah lain, sebut Save The Children.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Mozambik pada Senin, (15/3/2021), menyatakan pasukan militer khusus AS akan melatih marinir Mozambik selama dua bulan. Selain itu, AS akan menyediakan peralatan medis dan komunikasi untuk membantu Mozambik memerangi kelompok pemberontak.
Organisasi Amnesty International pada Maret tahun lalu menemukan bahwa kejahatan perang dilakukan di Mozambik oleh kekuatan dari kedua kubu. Pasukan pemerintahan disebut juga bertanggungjawab membunuh banyak warga sipil.
Chance Briggs, direktur Save The Children untuk Mozambik, mengatakan bahwa laporan pembunuhan terhadap anak-anak "membuat kami sangat geram."
"Kekerasan seperti ini harus berhenti, dan keluarga yang menyelamatkan diri harus disokong dalam mengatasi trauma mereka," kata Briggs, dikutip The Guardian.