ERA.id - Presiden Emmanuel Macron pada Rabu, (31/3/2021), memerintahkan penerapan karantina total (lockdown) secara nasional di Prancis dan menyatakan bahwa sekolah akan ditutup selama tiga pekan ke depan guna membendung gelombang ketiga infeksi COVID-19 di negara tersebut.
Keputusan ini diambil Macron ketika angka tewas akibat infeksi corona hampir melampaui 100 ribu kasus, kapasitas ruang rawat intensif hampir penuh, dan program vaksinasi corona di Prancis tak berjalan semulus yang diharapkan.
"Kita akan kehilangan kendali jika tidak bertindak saat ini juga," kata sang presiden dalam sebuah pidato yang disiarkan ke seluruh Prancis, dikutip dari Reuters, Kamis.
Pengumuman tersebut berarti pembatasan sosial yang diterapkan secara lokal selama sepekan di Paris, dan sejumlah kawasan di utara dan selatan Prancis, bakal diterapkan di seluruh area negara tersebut. Aturan ini akan berjalan selama setidaknya satu bulan, dimulai dari hari Sabtu nanti.
Presiden Macron, 43 tahun, awalnya kukuh menghindari lockdown nasional untuk ketiga kalinya di Prancis, meski desakan sudah muncul sejak awal tahun ini. Argumennya, jika ia mampu menangkal pandemi di Prancis tanpa lewat penguncian total, ia bakal membawa ekonomi Prancis bangkit dari keterpurukan tahun lalu.
Namun melonjaknya tingkat infeksi corona di Prancis, dan juga Eropa, mengikis opsi yang bisa diambil mantan bankir tersebut.
Sejak Februari, berdasarkan data Reuters, jumlah rata-rata infeksi COVID-19 harian di Prancis hampir menyentuh angka 40 ribu kasus. Jumlah pasien corona di ruang ICU sudah melampaui angka 5.000 pasien, alias melebihi jumlah pasien yang terjadi selama lockdown enam pekan pada tahun lalu.
Macron berkata akan menambah kapasitas ruang ICU menjadi total 10.000 tempat tidur pasien.
Di sisi lain, karantina total nasional di Prancis seakan menggarisbawahi dampak dari tersendatnya proses vaksinasi COVID-19 Uni Eropa.
Dibandingkan dengan Inggris yang kini sudah mengurus 'perceraian' dengan Uni Eropa, Prancis saat ini baru memvaksin 12 persen total populasinya akibat adanya permasalahan di birokrasi dan suplai vaksin. Sementara, Inggris telah berhasil memvaksin hampir separuh populasinya dan sudah mulai membuka kembali ekonominya.
Lockdown Prancis sendiri diperkirakan bakal memperlambat pemulihan ekonomi negara itu, dengan 150 ribu bisnis terpaksa tutup sementara selama sebulan ke depan. Hal ini bakal membebani ekonomi Prancis dengan ongkos 11 miliar euro (Rp187,3 triliun) per bulan, sebut kementerian keuangan Prancis.
Ke depan, sebut Macron seperti diberitakan Reuters, warga Prancis di usia 60an tahun bakal bisa mulai divaksin di pertengahan April, diikuti kelompok warga usia 50an tahun sebulan berikutnya. Macron tetap berpegang pada target memvaksin 30 juta orang dewasa di Prancis di pertengahan bulan Juni.
Presiden Prancis tersebut meyakini bahwa lockdown ketiga ini akan bisa membangkitkan ekonomi Prancis mulai pertengahan Mei mendatang. Museum dan tempat outdoor, termasuk bar dan restoran, akan dibuka meski dengan aturan ketat.
"Kita bisa melihat akhir dari krisis ini," kata Macron.