ERA.id - Lubang menganga tiba-tiba muncul d lengan robotik Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), menjadi bukti betapa berbahayanya benda-benda tak terpakai yang menjadi 'rongsokan' di luar angkasa.
Media The Guardian, (1/6/2021), mengabarkan bahwa pelaksana misi di ISS menemukan lubang benturan di bagian eksterior kompleks tersebut pada 12 Mei lalu. Pihak badan antariksa kanada (CSA), yang mengoperasikan mesin tersebut, menyebut benturan tidak membahayakan misi luar angkasa atau nyawa ketujuh astronot yang sedang ditempatkan di kompleks tersebut.
Hingga kini belum diketahui obyek apa yang telah membentur stasiun luar angkasa itu dan kapan hal itu terjadi. Namun, sejumlah analis mengaitkan insiden itu dengan meningkatnya jumlah 'rongsokan luar angkasa', atau space junk, yang kini melayang-layang di sekitar Bumi.
Risiko semacam ini meningkat dengan makin banyaknya peluncuran roket serta satelit luar angkasa, demikian sebut para anlis itu.
"Ada banyak benda di luar sana yang bergerak dengan kecepatan 28.163 km/jam, dan tentu saja hal ini bisa menimbulkan banyak kerusakan," sebut John Crassidis, profesor bidang teknik mekanika dan luar angkasa di University of Buffalo, pada the Guardian.
"Kali ini tidak ada kerusakan apa-apa. Ia menembus bagian insulasi, dan kami tidak tahu apakah benda itu menabrak bagian lengan robotik. Namun, hal ini cukup mengerikan."
"Kekhawatiran terbesar kita adalah bagi para astronot. Mereka sangat terancam di luar sana, dan suatu saat pertanyaannya kapan hal itu bakal terjadi."
Obyek yang menabrak ISS terlalu kecil untuk diawasi, sebut Crassidis. Namun, pihak NASA terus mengawasi obyek-obyek besar, yang jumlahnya lebih dari 27 ribu obyek, dengan ukurannya setara ponsel.
Space junk, atau rongsoka luar angkasa, diklasifikasikan sebagai segala bentuk sampah atau mesin yang ditinggalkan manusia di luar angkasa. Obyek ini bisa mencakup benda seperti beberapa flek cat dari bekas roket China, yang bulan lalu melayang tak terkendali lalu jatuh ke Samudera Hindia.
NASA menyebut sampah kecil berukuran milimeter bisa menjadi risiko paling fatal terhadap misi luar angkasa, terutama bagi mesin robot yang bergerak di orbit bawah Bumi.