AS Berhasil Ambil Lagi Duit Kripto Senilai Rp32,79 M yang Dibayar ke Hacker Rusia

| 08 Jun 2021 10:22
AS Berhasil Ambil Lagi Duit Kripto Senilai Rp32,79 M yang Dibayar ke Hacker Rusia
Ilustrasi mata uang kripto bitcoin. (Foto: Bermix Studio/Unsplash)

ERA.id - Departemen Kehakiman Amerika Serikat berhasil merampas lagi sebagian besar uang tebusan senilai jutaan dolar AS yang dibayar ke pelaku serangan siber yang mengganggu sistem distribusi minyak terbesar di negara itu.

Dilansir dari Associated Press, (8/6/2021), operasi perampasan kembali uang kripto yang dikirim ke peretas Rusia ini merupakan misi pertama yang dijalankan unit tugas khusus ransomware yang dibentuk Departemen Kehakiman AS di bawah perintah Presiden Joe Biden.

Keberhasilan ini terbilang langka, seperti disebut di Associated Press, terutama ketika pejabat pemerintahan AS berjibaku meredam gelombang ancaman siber yang menyasar industri strategis di negara itu dan di seluruh dunia.

Kasus serangan siber terhadap perusahaan Colonial Pipeline - yang menyuplai hampir setengah kebutuhan bahan bakar di wilayah East Coast - memaksa perusahaan itu menghentikan operasi sementara pada 7 Mei. Serangan siber dilakukan dengan varian ransomware DarkSide.

Pihak Colonial, dengan upaya mengembalikan operasi bisnis sesegera mungkin, pun memutuskan untuk membayar tebusan senilai 75 bitcoin, yang kala itu nilainya setara 4,4 juta dolar AS, atau Rp62,7 miliar. Mata uang kripto memang disukai oleh penjahat siber karena memungkinkan pembayaran online secara langsung tanpa memandang batasan geografis atau lintas negara.

Namun, dalam hal ini Biro Investigasi Federal (FBI) berhasil mengidentifikasi dompet duit online yang dipakai para peretas dan berhasil mengambil lagi uang tebusan dari sana, sebut Wakil Direktur FBI Paul Abbate, dilansir dari Associated Press.

Pihak Departemen Kehakiman tidak mendetailkan bagaimana FBI mendapatkan 'kunci' ke alamat bitcoin terkait. Mereka hanya menyatakan bahwa petugas sebelumnya telah berhasil melacak berbagai kasus transfer berbentuk mata uang kripto.

"Bagi kriminal siber yang mengincar uang, terutama yang tinggal di luar negeri, terputusnya akses ke uang tebusan adalah konsekuensi yang paling berat yang bisa kami berikan," sebut Abbate.

Uang bitcoin yang berhasil diambil kembali - bernilai 63,7 bitcoin, atau setara Rp32,79 miliar setelah harga bitcoin anjlok - adalah 85 persen dari total uang tebusan, yang oleh perusahaan Elliptic, yang bergerak di bidang penelusuran transaksi kripto, diyakini sebagai jumlah yang diberikan pada pelaku serangan. Perusahaan penyedia software ransomware, DarkSide, diduga mendapat 15 persen dari total tebusan.

Serangan ransomware, yaitu ketika peretas mengunci data milik organisasi korban dan meminta tebusan besar untuk membuka akses, telah terjadi berulang kali di dunia. Tahun lalu disebut menjadi tahun paling berat dari segi serangan siber, mengingat hacker telah menyasar industri strategis, rumah sakit, hingga departemen kepolisian di sejumlah negara.

Rekomendasi