ERA.id - Komponen pencegah infeksi Covid-19 ternyata terkandung dalam susu. Namun, jenisnya bukan 'susu beruang' - yang sebenarnya susu sapi yang disterilisasi - tapi pada air susu ibu (ASI), seperti ditunjukkan dalam riset para peneliti di China.
Media South China Morning Post, (28/9/2020), pernah merilis sebuah laporan dari peneliti di Beijing yang menyebut sel tubuh manusia terhindar dari infeksi SARS-CoV-2 setelah mendapat kontak dengan air susu ibu.
Tim ilmuwan China disebut menggunakan ASI yang belum terkontaminasi Covid-19. ASI tersebut dikumpulkan tahun 2017, jauh sebelum adanya pandemi. Sel-sel yang diteliti mencakup sel paru-paru dan pencernaan manusia, sekaligus sel ginjal hewan, demikian dikabarkan di SCMP.
Hasil penelitiannya menakjubkan. SCMP mengutip Profesor Tong Yigang dari Beijing University of Chemical Technology yang menunjukkan bahwa sebagian besar virus berhasil dieliminasi oleh air susu ibu. Ia menyebut bahwa ASI "mencegah pengaitan sel (oleh virus), infeksi, dan replikasi virus."
Kedua makalah ilmiah - yang belum ditelaah lebih lanjut (peer-reviewed) saat itu - dirilis di BioRxiv.org pada akhir September 2020.
Semula, pemberian ASI dianggap berisiko menularkan Covid-19 dari ibu ke bayi. Di Wuhan, bayi-bayi dipiashkan dari ibu mereka yang positif terinfeksi Covid-19 dan nutrisi mereka diganti dengan susu formula, lapor SCMP.
Namun, penelitian Profesor Tong ini membuka mata banyak pihak. Riset ini juga memperkuat dukungan bagi anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyarankan agar ibu yang positif terinfeksi Covid-19 tetap menyusui bayinya. Arahan WHO didasari penelusuran atas 49 ibu menyusui yang positif Covid-19 - dari berbagai negara - pada Juni tahun lalu. Dan organisasi PBB itu menyatakan tak menemukan kasus penularan Covid-19 melalui air susu ibu.
SCMP menyebutkan bahwa tim riset Profesor Tong melakukan riset dengan mencampurkan sel-sel sehat dengan ASI. Kemudian, mereka membasuh air susu itu hingga bersih dan mengekspos sel-sel tadi ke virus.
Yang mereka temukan adalah bahwa sel-sel yang terbasuh air susu ibu tak mengikatkan diri dengan virus. Terapi air susu ibu itu juga mencegah replikasi virus dalam sel yang telah terinfeksi, demikian sebut SCMP.
Tim peneliti menduga bahwa virus corona sensitif dengan protein antiviral yang ada di dalam ASI, contohnya seperti lactoferrin. Namun, protein-protein yang diduga 'ampuh' tak bekerja sesuai perkiraan.
Justru, tim periset menemukan bahwa elemen penegah infeksi ditemukan pada whey, yang mengandung sejumlah protein. Hewan sapi atau kambing, menurut riset Profesor Tong, bisa mencegah infeksi virus hingga 70%. Namun ASI bisa mencegah infeksi hingga hampir 100%.
Tim peneliti China itu meyakini ASI lebih protektif, dibanding jenis susu hewan, dalam memproteksi sel manusia dari infeksi virus. Namun, mereka belum tahu apa yang menyebabkan ASI bisa bersifat lebih ampuh. Tim riset Profesor Tong baru melihat bahwa air susu ibu membantu proses "pemeliharaan sel" sembari membunuh virus.
Di samping itu, tim periset itu juga mewanti-wanti agar air susu ibu tidak dipanasi hingga suhu 90 derajat Celsius selama lebih dari 10 menit. Karena proses ini mematikan protein whey, sehingga tingkat proteksinya turun menjadi di bawah 20%.