Laporan di AS Yakini Covid-19 Bocor dari Lab di Wuhan, Terkait Bukti Renovasi Sistem Limbah

| 04 Aug 2021 07:33
Laporan di AS Yakini Covid-19 Bocor dari Lab di Wuhan, Terkait Bukti Renovasi Sistem Limbah
Institut Virologi Wuhan di China. (Foto: Wikimedia Commons)

ERA.id - Covid-19 menyebar akibat kebocoran dari laboratorium di Wuhan pada September 2019, tak lama setelah fasilitas riset di China itu mencoba memperbaiki peranti keamanan udara dan sistem pengolahan limbah, demikian disebutkan laporan staf Partai Republik Amerika Serikat.

Laporan itu juga mengklaim ada "banyak bukti", seperti diberitakan Daily Mail, (2/8/2021), bahwa para ilmuwan di Institut Virologi Wuhan (WIV) pernah berupaya memodifikasi virus corona agar bisa menginfeksi manusia, dan bahwa bukti manipulasi semacam ini mungkin saja telah disembunyikan.

Para pembuat laporan mendukung klaim mereka dengan citra satelit atas kondisi membludaknya pasien di rumah-rumah sakit lokal Wuhan jauh sebelum kasus Covid-19 pertama kali ditemukan di pasar daging kota tersebut.

Mereka juga menyebut sejumlah makalah ilmiah di mana disebutkan bahwa laboratorium virus di Wuhan kala itu melakukan modifikasi genetik tahap lanjut terhadap virus, atau biasa disebut sebagai 'gain-of-function experiment', demikian melansir Daily Mail.

Dalam perilisan laporan ini, Mike McCaul, politisi Partai Republik di Komite Luar Negeri DPR AS, menyebutkan bahwa sudah saatnya dunia meninggalkan teori wabah Covid-19 berasal dari proses alamiah.

"Seperti dipaparkan laporan ini, analisa dari bukti-bukti membuktikan bahwa semua dugaan mengarah ke (laboratorium virus) WIV," ucap McCaul.

Ia mendesak investigasi kolaboratif berbagai pihak dilakukan kembali soal asal-mula pandemi, yang kini telah merenggut nyawa 4,4 juta orang di seluruh dunia.

Peta Wuhan
Kota Wuhan, China, merupakan salah satu kota terdepan dalam hal riset biologi. (Foto: Flickr)

Teori virus Covid-19 hasil kebocoran laboratorium Wuhan telah ditolak keras oleh China. Wakil Menteri Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) Zeng Yixin bahkan sempat menyebut rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan kajian ulang sebagai langkah yang "mengabaikan akal sehat dan menentang sains".

Beijing, via Yixin, juga menegaskan bahwa sejumlah data tidak dapat sepenuhnya dibagikan ke komunitas internasional karena pertimbangan privasi.

Permintaan Renovasi

Presiden AS Joe Biden, didorong keraguan sejumlah ilmuwan soal asal-usul virus corona, telah meminta komunitas intelijen untuk menelusuri kembali isu yang sarat tegangan geopolitis ini. Laporan dari komite staf Partai Republik dianggap menyajikan informasi baru dan jarang dibahas, yaitu protokol keamanan di laboratorium WIV.

Disebutkan bahwa pada Juli 2019, pihak laboratorium meminta pengadaan sistem pengolahan limbah beracun senilai 1,5 juta dolar AS. Padahal, usia laboratorium masih relatif muda, yaitu baru dua tahun.

"Renovasi besar seperti itu, belum lama setelah dimulainya operasi bangunan tersebut, terasa janggal," demikian disebut di laporan itu.

Permintaan renovasi itu menimbulkan kecurigaan soal seberapa efektif berfungsinya sistem pengolahan limbah beracun beberapa bulan sebelum munculnya wabah Covid-19, sebut laporan itu.

Peneliti WHO
Ilmuwan Peter Ben Embarek memimpin investigasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Wuhan, China. (Foto: Reuters)

Pada 12 September, Universitas Wuhan meminta adanya inspeksi laboratorium. Beberapa jam kemudian, database sekuens virus dari laboratorium itu juga diputus dari internet. Hal ini memicu dugaan penyembunyian fakta adanya kebocoran dari laboratorium sistem BSL-4 - sistem biosekuritas tertinggi di dunia - yang ada di Wuhan.

McCaul menyebut kepala Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China dan direktur lab WIV sempat "mengkhawatirkan keamanan lab PRC pada musim panas 2019," melansir Daily Mail.

"Kami meyakini virus bocor ke luar pada akhir Agustus atau awal September 2019," ungkap McCaul.

Laporan itu juga menyebut ilmuwan senior bernama Dr Shi Zhen-Li sempat ditanyai, via email, perihal kenapa database virus di WIV diputus dari internet. Sang ilmuwan menyatakan tak bisa memberi jawaban atas pertanyaan tersebut, dan tak bersedia diwawancarai untuk seterusnya.

Rekomendasi