ERA.id - Korea Utara membagikan stok beras cadangan militer karena makin buruknya kondisi kelangkaan pangan menyusul gelombang panas dan kekeringan, demikian disampaikan agen spionase Korea Selatan, Selasa, (3/8/2021).
Situasi kelaparan masal dan huru-hara belum muncul di masyarakat Korea Utara, namun, pengamat menilai krisis pangan ini akan terus memburuk setidaknya hingga musim panen pada September nanti, melansir Mainichi, (4/8/2021).
Stok beras cadangan militer yang dibagikan Korea Utara sedianya diperuntukkan untuk masa perang, demikian disebutkan oleh Badan Intelijen Nasional Korea Selatan dalam sebuah rapat tertutup komite parlemen.
Mereka yang mendapat bantuan beras ini adalah warga yang hanya punya sedikit pangan, buruh, hingga badan pemerintahan daerah, dituturkan Ha Tae-keung, salah satu politisi Seoul yang menghadiri rapat tertutup.
Ha juga mengutip analisa NIS bahwa gelombang panas serta kekeringan menyebabkan gagal panen padi, jagung, dan tanaman lainnya, serta menewaskan banyak ternak di Korea Utara. Intelijen juga menyebutkan ada urgensi dari pimpinan politik Pyongyang mengkomunikasikan bahwa perjuangan melawan kekeringan akan jadi penentu keberlanjutan bangsa Korea Utara.
Sementara itu, politisi Kim Byung-kee juga mengutip NIS yang mengatakan Korea Utara kekurangan 1 juta ton pangan. Umumnya, mereka perlu memiliki 5,5 juta ton pangan untuk 26 juta warga.
Selain itu, harga beras sempat naik dua kali lipat. Sempat stabil pada Juli, harga beras pun kini naik lagi, sebut Kim, mengutip NIS.
Kwon Tae-jin, pakar Korea Utara di GS&J Institute di Korea Selatan, mengatakan stok beras militer kemungkinan juga dijual dengan harga rendah untuk menstabilkan harga.
Ini bukan pertama kalinya Korea Utara mengalami kelangkaan pangan. Sebelum pandemi, kondisi tersebut berhasil diatasi dengan penyelundupan pangan oleh China via perbatasan Korut, sebut Kwon. Namun, di era pandemi, pengetatan area perbatasan membuat penyelundupan semacam itu menjadi sangat sulit.