Prancis Resmi Larang Penggunaan Plastik untuk Buah dan Sayuran, Timbul Pro dan Kontra dari Produsen Kemasan

| 03 Jan 2022 22:29
Prancis Resmi Larang Penggunaan Plastik untuk Buah dan Sayuran, Timbul Pro dan Kontra dari Produsen Kemasan
Larangan plastik di prancis (Dok: freepik/pvproductions)

ERA.id - Prancis resmi memberlakukan undang-undang baru yang melarang penggunaan kemasan plastik. Larangan ini berlaku untuk mengemas buah dan sayuran yang diatur pada Sabtu (1/1/2022).

Aturan baru yang dibuat oleh pemerintah Prancis ini mengatur penggunaan plastik untuk buah dan sayuran. Di mana daun bawang, wortel, tomat, kentng, apel, dan pir masuk ke 30 barang yang tidak bisa lagi dijual dalam plastik.

Presiden Prancis Emmanuel Macaron menyebut larangan tersebut adalah revolusi nyata lantaran polusi kian memburuk secara global. Macaron juga mendukung penuh aturan tersebut demi mempertahankan pendekatan pragmatis.

Meski dilarang memakai plastik, untuk jenis buah-buahan yang lebih rapuh seperti beri dan persik masih diizinkan menggunakan kemasan plastik. Namun secara bertahap akan dihapus di tahun-tahun mendatang.

Selain berlaku untuk buah dan sayuran, larangan plastik juga berlaku untuk majalah dan publikasi lainnya yang harus dikirim tanpa pembungkus plastik. Restoran cepat saji juga tidak lagi diizinkan menawarkan mainan plastik gratis kepada anak-anak.

Pemerintah Prancis mengatakan peraturan baru ini diharapkan dapat menghilangkan sekitar satu miliar item sampah plastik per tahun. Larangan tersebut merupakan bagian dari program multi-tahun yang diperkenalkan oleh pemerintah Emmanuel Macron yang akan membuat plastik perlahan-lahan berkurang di banyak industri.

Mulai tahun 2021, negara itu melarang sedotan plastik, gelas dan peralatan makan, serta kotak makanan yang terbuat dari polistiren. Nantinya di tahun 2022 ruang publik akan dipaksa untuk menyediakan air mancur untuk mengurangi penggunaan botol plastik.

Sayangnya aturan baru ini menimbulkan kekecewaan publik, terutama produsen yang memproduksi plastik daur ulang. Laurent Grandin, kepala asosiasi Interfel sektor buah dan sayur misalnya, dia mengatakan pihaknya tidak pernah diajak bicara mengenai keputusan tersebut.

"Kami tidak pernah dikonsultasikan," kata Grandin, dikutip AFP, Senin (3/1/2022).

Lalu, kata Grandin, keputusan tentang larangan plastik itu cukup menyulitkan perusahaan kecil yang harus tetap menggunakan plastik untuk melindungi ekspor, terutama ke Inggris yang menjadi klien utama apel dari Prancis.

Elipso, sebuah asosiasi yang mewakili produsen, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka memiliki perusahaan klien yang terpaksa menghentikan aktivitas pengemasan buah dan sayuran mereka.

"Kami memiliki perusahaan klien yang harus menghentikan aktivitas pengemasan buah dan sayuran mereka, meskipun mereka telah bekerja pada alternatif menggunakan lebih sedikit plastik atau plastik daur ulang selama beberapa tahun," kata pernyataan Elipso.

Atas keputusan mendadak tersebut, pihak Elipso dan Polyvia, sebuah serikat dari 3.500 perusahaan pembuat kemasan mengajukan banding ke Dewan Negara Prancis.

Awal bulan ini Spanyol mengumumkan akan memberlakukan larangan penjualan buah dan sayuran dalam kemasan plastik mulai tahun 2023 untuk memungkinkan bisnis menemukan solusi alternatif.

Pemerintah Macron juga mengumumkan beberapa peraturan lingkungan baru lainnya, termasuk peraturan yang menyerukan iklan mobil untuk mempromosikan alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti berjalan kaki dan bersepeda.

Meski pun demikian, Armand Chaigne, direktur pasar industri di perusahaan kemasan DS Smith justru melihat manfaat dari aturan tersebut, khususnya bagi produsen kardus.

"Diperkirakan di Eropa, dari delapan juta ton plastik yang diproduksi per tahun untuk kemasan sekali pakai, 1,5 juta ton sudah bisa dibuang," katanya.

Lebih lanjut, Chaigne menjelaskan angka yang bisa diperoleh dari produsen kardus itu bisa mewakili sekitar 70 miliar untuk kemasan sekali pakai.

Rekomendasi