PBB: Krisis di Ukraina Seharusnya Tidak Membuat Kita Melupakan Krisis Lain

| 16 Jun 2022 17:35
PBB: Krisis di Ukraina Seharusnya Tidak Membuat Kita Melupakan Krisis Lain
Carlos, bocah 22 bulan, meraih piring berisi tortilla dengan garam dan tomat matang, di rumahnya, di La Palmilla, Guatemala (ANTARA)

ERA.id - Kepala Badan Pengungsi PBB (UNHCR) Filippo Grandi mengatakan krisis di Ukraina seharusnya tidak membuat kita melupakan krisis lain. Dia menyebutkan tentang konflik yang berlangsung selama dua tahun di Ethiopia dan kekeringan di Tanduk Afrika.

Seperti dalam laporan UNHCR pada Kamis (16/6/2022), bahwa sekitar 89,3 juta orang di seluruh dunia pada akhir 2021 terpaksa mengungsi sebagai akibat dari penganiayaan, konflik, pelecehan, dan kekerasan.

Grandi mengatakan krisis ketahanan pangan yang dipicu oleh perang Ukraina-Rusia akan mendorong lebih banyak orang meninggalkan rumah mereka di negara-negara miskin dan meningkatkan angka perpindahan global menjadi lebih tinggi.

Di Ukraina, sekitar jutaan orang telah mengungsi ke perbatasan. Akibatnya, ekspor biji-bijian terhambat dan karena itu juga akan memicu lebih banyak bermigrasi ke negeri lain. 

"Jika Anda mengalami krisis pangan di atas semua yang telah saya sebutkan 'perang, masalah hak asasi manusia, iklim’,  itu hanya akan mempercepat tren (perpindahan) yang saya jelaskan dalam laporan ini," kata Filippo Grandi kepada wartawan pekan ini.

Dia menggambarkan angka-angka perpindahan di dunia itu sebagai suatu hal yang "mengejutkan".

"Hal ini jelas jika tidak segera diselesaikan dampaknya akan cukup dahsyat. Sudah terlihat, lebih banyak orang mengungsi sebagai akibat dari kenaikan harga dan pemberontakan kekerasan di wilayah Sahel Afrika," ujarnya.

Menurut UNHCR, sekarang jumlahnya lebih dari dua kali lipat dari 42,7 juta orang yang mengungsi pada 2012.

Grandi juga mengkritik apa yang disebutnya sebagai "monopoli" sumber daya yang diberikan ke Ukraina, sedangkan program lain untuk membantu para pengungsi di tempat lainnya kekurangan dana.

Dia mengatakan pertengkaran antara negara-negara yang menerima sekelompok kecil migran yang menyeberangi Laut Tengah dengan perahu, di mana hal itu berbanding terbalik dengan kemurahan hati negara-negara Uni Eropa terhadap para pengungsi Ukraina sejak invasi Rusia pada Februari 2022.

"Tentu saja itu membuktikan poin penting: menanggapi masuknya pengungsi dan kedatangan orang-orang yang putus asa di pantai atau perbatasan negara-negara kaya bukanlah hal yang tidak dapat dikendalikan," katanya seperti dikutip dari Antara.

Rekomendasi