Nepal Berencana Pindahkan Base Kamp Pendakian Gunung Everest Akibat Pemanasan Global

| 17 Jun 2022 22:02
Nepal Berencana Pindahkan Base Kamp Pendakian Gunung Everest Akibat Pemanasan Global
Pemindahan base camp everest (instagram/mounteverestofficial)

ERA.id - Kabar mengejutkan datang dari pegunungan Everest. Pemerintah Nepal berencana untuk memindahkan base kamp Everest akibat pemanasan global dan aktivitas manusia.  

Rencana pemindahan ini dibenarkan oleh direktru jenderal Departemen Pariwisata Nepal, Taranath Adhikari lantaran terjadi pemanasan global. Kamp yang digunakan oleh ribuan orang selama musim pendakian di musim semi, terletak di gletser Khumbu yang mengalami penipisan sangat cepat.

"Kami sekarang sedang mempersiapkan relokasi dan kami akan segera memulai konsultasi dengan semua pemangku kepentingan," kata Taranath Adhikari, dikutip BBC, Jumat (17/6/2022).

Para peneliti mengatakan air lelehan membuat gletser menjadi tidak stabil dan para pendaki mengatakan ceruk-ceruk semakin banyak muncul di base kamp saat para pendaki tertidur.

Diketahui kamp tersebut berada di ketinggian 5.364 meter, dan akan dipindahkan ke lokasi yang lebih rendah antara 200 hingga 400 meter. Lokasi ini disebut tidak akan memilik es sepanjang tahun.

"Kita harus melindungi es dan salju di gunung," ucap Adhikari, dikutip Sky News, Jumat (17/6/2022).

Rencana pemindahan ini disebut sesuai dengan rekomendasi dari komite yang dibentuk oleh pemerintah Nepal untuk memfasilitasi dan memantau pendakian gunung di wilayah Everest.

Pada tahun 2021, pemerintah Nepal dilaporkan mengeluarkan 408 izin Everest untuk pendaki, tetapi kamp itu sendiri digunakan oleh ribuan orang yang melakukan perjalanan ke bagian bawah gunung. Hal inilah yang membuat pencairan es menjadi lebih cepat akibat banyaknya aktivitas manusia dan emisi karbon.

Meski pun nantinya akan dipindahkan ke titik lebih rendah, Adhikari memastikan pemindahan tersebut tidak akan mempersulit jalur pendakian. Ia justru menilai pemindahan ini akan jauh lebih aman untuk para pendaki.

"Tidak akan mempersulit pendakian tetapi akan lebih aman karena kita harus fokus pada keberlanjutan. Jika Anda bisa mendaki gunung, tetapi generasi berikutnya tidak bisa, itu tidak baik. Kita harus melestarikan gunung," tegasnya.

Meski rencana pemindahan ini sudah santar dibicarakan, Tshering Tenzing Sherpa, manajer base camp Everest, mengatakan bahwa tidak mungkin kamp tersebut dipindahkan selama beberapa tahun. Begitu juga dengan Adhikari yang memastikan pemindahan itu tidak akan dilakukan dalam waktu dekat.

"Gletser bergerak cepat karena perubahan iklim. Saya tidak berpikir kita perlu perubahan selama beberapa tahun," kata Sherpa.

Pada tahun 2018, sebuah studi oleh Universitas Leeds menemukan suhu es di dalam Khumbu, gletser tertinggi di dunia, lebih hangat dari yang diperkirakan dan sangat rentan terhadap perubahan iklim di masa depan.

Kotoran manusia dan puing-puing yang tertinggal di gunung juga telah lama menjadi perhatian, dengan pendaki meninggalkan tabung oksigen kosong, kemasan makanan, dan tali bekas.

"Ketika tebing es mencair seperti itu, puing-puing bongkahan batu dan bebatuan yang ada di atas tebing es bergerak dan jatuh kemudian mencair juga menciptakan badan air," kata salah seorang peneliti, Scott Watson.

"Jadi kami melihat peningkatan jatuhnya batu dan pergerakan air lelehan di permukaan gletser yang bisa berbahaya," tambahnya.

Watson mengatakan gletser kehilangan 9,5 juta meter kubik air per tahun. Pendaki gunung dan pihak berwenang Nepal mengatakan aliran tepat di tengah base camp terus meluas. Mereka juga mengatakan celah dan retakan di permukaan gletser muncul lebih sering daripada sebelumnya.

Lebih lanjut, Adhikari mengatakan langkah pemindahan tersebut kemungkinan akan dilakukan pada tahun 2024. Pihaknya juga perlu berdiskusi dengan masyarakat setempat dan mempertimbangkan berbagai aspek lainnya.

"Kami telah menilai aspek teknis dan lingkungan dari base camp, tetapi sebelum kami merelokasinya, kami harus mendiskusikannya dengan masyarakat setempat, mempertimbangkan aspek lain seperti budaya mereka," kata Adhikari.

"Kami akan melakukannya hanya setelah berdiskusi dengan semua pihak," tutupnya.

Rekomendasi