ERA.id - Sebanyak 46 orang ditemukan tewas di dalam truk yang ditinggalkan di pinggiran San Antonio, Texas. Puluhan mayat itu diyakini sebagai imigran ilegal terduga kasus penyelundupan manusia.
Kepala Polisi San Antonio, William Bill McManus, mengatakan bahwa polisi menerima panggilan telepon dari seorang pekerja di dekat truk tersebut sekitar pukul 17:50 waktu setempat. Pelapor mengatakan bahwa ia mendengar teriakan minta tolong dan segera menyelidiki apa yang terjadi.
Ketika mendekati truk beroda 18 itu, pelapor menemukan pintu truk dalam keadaan sedikit terbuka dan mendapati sejumlah orang telah meninggal dunia di dalamnya. Bukan hanya itu saja, 16 orang yang terdiri dari 12 orang dewasa dan empat anak-anak juga ditemukan dalam keadaan hidup.
Imigran yang ditemukan hidup itu pun langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Dua orang dirawat di Rumah Sakit Universitas dan setidaknya lima orang dibawa ke Baptist Medical Center dalam kondisi yang tidak diketahui.
"Pasien yang kami lihat terasa panas saat disentuh. Mereka menderita kelelahan, tidak ada tanda-tanda air di dalam kendaraan. Juga tidak ada unit pendingin udara yang berfungsi di kendaraan," kata Kepala Pemadam Kebakaran San Antonio, Charles Hood, dikutip People, Selasa (28/6/2022).
Lalu, kata Hood, saat tim pemadam kebakaran dipanggil ke tempat kejadian, mereka menemukan truk dengan satu mayat di luar dan beberapa mayat berada di dalam. Sementara imigran yang selamat dilarikan ke rumah sakit, mereka berharap para imigran bisa bertahan hidup.
Tidak diketahui berapa banyak orang yang berada di traktor-trailer itu yang ditinggalkan pengemudi di dekat rel kereta api dan tempat penyimpanan mobil. Bahkan keberadaan truk itu juga tidak diketahui sudah berapa lama berada di lokasi kejadian.
aa
"Kami tidak seharusnya membuka truk dan melihat tumpukan mayat di sana. Tak satu pun dari kami datang untuk bekerja membayangkan itu," ucap Hood.
Seorang juru bicara US Immigration and Customs Enforcement (ICE) mengatakan Investigasi Keamanan Dalam Negeri (HSI) menerima panggilan dari Departemen Kepolisian San Antonio (SAPD) sehubungan dengan peristiwa tersebut. Mereka menduga peristiwa tersebut bagian dari kasus penyelundupan manusia.
Pihaknya juga akan mengatasi ancaman keamanan publik dengan serius akibat adanya organisasi penyelundupan manusia di negaranya.
"HSI melanjutkan upaya penegakannya untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan komunitas kami. Kami akan terus mengatasi ancaman keamanan publik yang serius yang ditimbulkan oleh organisasi penyelundupan manusia dan ketidakpedulian mereka terhadap kesehatan dan keselamatan orang-orang yang diselundupkan," kata pernyataan resmi ICE.
Menurut KSAT-TV, San Antonio memperkirakan sekitar 19.000 migran akan melewati kota Juni ini karena pemerintah federal akan memberikan penggantian sebesar USD10,8 juta melalui Program Makanan dan Tempat Tinggal Darurat untuk kamar hotel, makanan, dan pusat pemrosesan yang direncanakan.
"Kami telah melihat jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya datang melalui San Antonio. Tiga bulan terakhir, kami telah melihat sekitar 50.000 migran datang ke San Antonio dari perbatasan," kata Asisten Manajer Kota Lori Houston.
Kejadian yang terjadi di San Antonio kali ini adalah salah satu yang paling mematikan dalam sejarah yang melibatkan para imigran. Pada 2019, insiden penyeberangan jalan fatal serupa di Inggris mengakibatkan kematian 39 imigran Vietnam. Para korban ditemukan di truk yang sama, sekarat karena lemas dan hipotermia.
Sejauh ini tiga orang ditahan sambil menunggu penyelidikan tim terkait. Namun belum diketahui hubungan ketiga orang yang diamankan tersebut dengan kematian 46 imigran ilegal di San Antonio. HSI dan CBP mengambil alih penyelidikan dari otoritas lokal San Antonio.