Di Pertemuan Menlu G20, RI Sebut Perang Ukraina Sebabkan Krisis Pangan, Menlu Rusia: Negara Barat Penyebabnya

| 09 Jul 2022 07:08
Di Pertemuan Menlu G20,  RI Sebut Perang Ukraina Sebabkan Krisis Pangan, Menlu Rusia: Negara Barat Penyebabnya
Menlu Rusia Sergey Lavrov (Dok Kedubes Rusia)

ERA.id - Negara-negara barat disebut ikut bertanggung jawab terhadap krisis pangan yang terjadi di dunia saat ini lantaran menghalangi ekspor gandum dari Rusia.

Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov saat pertemuan menteri luar negeri G20 atau Foreign Ministerial Meeting (FMM) G20.

Lavrov menanggapi pernyataan permasalahan Ukraina yang mengaku tak bisa mengekspor gandum karena ada perang di wilayahnya dan menyebabkan krisis pangan dunia.

"Data menunjukkan gandum yang tertahan di pelabuhan Ukraina hanya setara kurang lebih 1 persen dari produksi gandum dunia, jadi tidak berdampak apa pun terhadap kondisi pangan dunia," kata Lavrov pada Jumat (8/7/2022) dikutip dari Russia Today.

"Yang dibutuhkan saat ini adalah negara-negara barat untuk berhenti memblokir kiriman gandum Rusia ke negara pemesan," tambah Lavrov.

Rusia, kata dia, dengan bantuan Turki siap untuk mengirimkan pasokan gandum melewati Laut Mediterania.

Dia pun menganggap negara Barat hanya mempersulit keadaan.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyinggung terkait dampak terhadap perang antara Ukraina dan Rusia dalam pidato pembuka pertemuan Menlu G20 atau Foreign Ministerial Meeting (FMM) G20 di Bali pada Jumat (8/7/2022).

Retno Marsudi mengatakan meski dunia saat ini masih diselimuti pandemi COVID-19, namun masyarakat internasional menghadapi adanya krisis lain yakni peperangan di Ukraina.

Menurut dia, perang tersebut berdampak terhadap dunia terutama di sektor pangan, energi dan keuangan.

"Dan tentunya, negara berkembang serta negara dengan pendapatan rendah yang paling terkena dampaknya," jelas Retno.

Pertumbuhan ekonomi global pun, jelas Retno, diprediksi akan menurun mencapai 2,9 persen pada tahun ini. Sementara inflasi akan melonjak hingga 8,7 persen di negara-negara berkembang.

Retno menyatakan dibutuhkan solusi global menyelesaikan krisis yang dihadapi saat ini.

Rekomendasi