Kontroversi Pasangan Gay Ragil-Fred dan Suku Bugis yang Sejak Lama Berdamai dengan Ragam Gender

| 10 May 2022 13:07
Kontroversi Pasangan Gay Ragil-Fred dan Suku Bugis yang Sejak Lama Berdamai dengan Ragam Gender
Bissu sebagai simbol laki-laki dan perempuan di Bugis. (Foto: Suara Kecil Blogger)

ERA.id - Tagar #UnsubscribePodcastCorbuzier kini bertengger di trending topic di Twitter. Kritik itu muncul karena pada 7 Mei 2022, kanal YouTube Deddy Corbuzier mengunggah video berjudul "TUTORIAL JADI G4Y DI INDO‼= PINDAH KE JERMAN (tonton sblm ngamuk) RAGIL AND FRED". 

Deddy menghadirkan Ragil bersama pasangan gay-nya, Frederik Vollert yang berasal dari German. Per tanggal 10 Mei 2022, video itu telah ditonton sekitar 6 juta lebih. 

Ragil cukup familier di warganet Indonesia. Ia dan Fred mempunyai kanal YouTube bernama KaroJerman RagilFred, sudah mencapai ratusan ribu subscribers. Pemilik nama Ragil Mahardika ini berasal dari kota Medan, Sumatra Utara.

Ragil dan Fred kerap membagikan kegiatan sehari-hari mereka di Jerman. Dari aktivitas memasak hingga bervakansi di sudut-sudut kota Jerman. Selain berbagi video di YouTube dan di TikTok, Ragil Mahardika juga menerbit buku bersama tiga temannya (Ceu Entin, Icha Ayu, dan Rora April), Saat Eropa Jadi Rumah Kedua: Kumpulan Cerita Au Pair di 3 Negara (2020).

Dari aktivitas sepasang gay itulah sehingga Deddy mengundang mereka di kanal YouTube-nya. Seperti pengakuan Deddy bahwa ia tidak pada posisi mendukung atau tidak mendukung LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). 

Ragil dan Fred di Podcast Deddy Corbuzier (Tangkapan Layar)

“Saya tidak membicarakan tentang agama karena saya bukan pakar agama. Saya membicarakan keadaan sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat kita, yang masyarakat kita mencoba untuk menutup mata,” ujarnya pada menit 20:31 sampai 20:56. 

Sebelumnya, di menit 2:20, Deddy bertanya kepada Ragil, “Can you make me gay?” ‘Bisa kamu membuat saya menjadi gay?’

Dengan cepat Ragil menjawab, “Kalau untuk sesaat, mungkin bisa kali, ya.” Dan sontak Deddy tertawa mendengar jawaban tersebut. 

Ragil memberi pengakuan bahwa di Jerman pasangan gay seperti mereka diakui oleh negara dan masyarakat. Hanya saja, ada yang tidak menyukai mereka, tetapi bukan dari warga Jerman, melainkan imigran. Ragil tidak menyebut imigran dari mana. 

Deddy Corbuzier tidak hanya sekali mengundang pasangan LGBT di Podcast Close the Door-nya, ia juga pernah mengundang pasangan lainnya, seperti pasangan lesbian Jeje-Nino dan Yumi Kwandy-Chika Kinsky. Kemudian mengundang transgender Dinda Syarief hingga Lucinta Luna. 

Kritik netizen dan Lima Gender Suku Bugis

Niat baik Deddy Corbuzier mengundang Ragil dan pasangannya untuk membuka mata masyarakat Indonesia tentang keberadaan LGBT ternyata tak direspons baik. Kendati masih ada segelintir orang yang pro.

Halaman Facebook Felix Siauw misalnya, memberi komentar, “Menyedihkan sekali ketika keburukan dipromosikan luas, sementara kebenaran dan kebaikan malah diejek dan dibully.

Smart itu cerdas, cerdas itu memikirkan akhirat dengan manfaatin dunia, bukan jual akhirat untuk kepentingan dunia,” pungkas Felix.

Selain norma agama, tak sedikit netizen kontra berkomentar bahwa perilaku LBGT tidak sesuai dengan norma dan budaya masyarakat Indonesia.

Bissu Dewata (Wikimedia Commons)

Kendati tidak mengenal istilah LGBT untuk menyebut ragam identitas sosial. Suku Bugis telah sudah sejak lama mengenal aneka ragam gender dalam kehidupan bermasyarakat.

Pertama, Orowane (laki-laki). Dalam bahasa Bugis, laki-laki disebut orowane. Orowane tampak maskulin dan tegas. Dalam keluarga, orowane bertanggung jawab menafkahi keluarganya. 

Kedua, Makkunrai (perempuan). Makkunrai adalah perempuan dalam bahasa Bugis. Kata "makkunrai"  diambil dari busana rok ala wanita yang disebut "unre". Makkunrai dalam suku Bugis sangat dihargai dan martabat keluarga. Uang panai' kepada mereka adalah simbol penghormatan. 

Ketiga, Calabai. Calabai dilahirkan dengan kondisi biologis laki-laki, tetapi pada kesehariaannya berperilaku bak perempuan. Walaupun begitu, mereka tidak menganggap dirinya sebagai perempuan dan masyarakat pun menganggap mereka sebagai laki-laki.

Keempat, Calalai. Calalai kebalikan dari Calabai. Calalai adalah orang yang terlahir dengan kondisi biologis perempuan tetapi dalam kesehariannya berperilaku seperti laki-laki. Calalai tidak pernah berharap menjadi seorang laki-laki dan dianggap sebagai laki-laki.

Kelima, Bissu. Bissu merupakan perpaduan dari semua gender yang ada di suku Bugis. Sifat maskulin serta feminin ada pada Bissu. Selain itu, gender ini pun tidak tertarik dengan laki-laki atau perempuan.

LBGT di Luar Negeri

Bila di Indonesia memiliki budaya dan agama yang tidak menerima LGBT, apakah di luar negeri begitu terbuka? 

Redaksi ERA mengubungi Hendri Yulius, penulis buku C*Bul: Perbincangan Serius Tentang Seksualitas Kontemporer dan tulisannya perihal LGBT dimuat di beberapa media. 

Menurut Hendri, “Ku rasa stigma negatif terhadap LGBT tidak cuma di Indonesia saja ya, tetapi di negara-negara Barat yang ‘konon dianggap lebih progresif’. Misalnya, kekerasan terhadap transgender kulit hitam/berwarna di Amerika Serikat juga menunjukkan bagaimana kelompok transgender juga masih menghadapi tantangan yang berat.” 

Di dunia hiburan Tanah Air, seperti Dorce Gamalama yang transgender diterima oleh publik Indonesia. Bagaimana dengan isu yang lagi hangat? 

Kata Hendri, “Sebisa mungkin isu gender dan seksualitas, tidak diisolasi dari isu kelas dan lainnya. Misalnya, seorang gay kelas menengah yang berpendidikan dengan pekerjaan mapan mungkin lebih mudah diterima oleh masyarakat ketimbang gay atau transgender perempuan yang bekerja di jalanan.”

Rekomendasi