ERA.id - Sehari menjelang Ramadan 1422 Hijriah, suara tumbukan batu bertalu-talu mengusik keheningan di Lamahala menjelang azan salat subuh. Suara itu datang dari arah timur Rumah Adat Lawaha, tepatnya di RT005 RW02, Desa Lamahala Jaya, Kecamatan Waiwerang Kota, Kabupaten Flores Timur.
Rupanya, tidak kurang dari 70 rumah penduduk yang menempati lahan miring di sana dihuni oleh para produsen camilan khas Pulau Adonara, Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama, jagung titi. Sesuai namanya, makanan itu dibuat dari tanaman pangan jagung yang ditumbuk menggunakan batu.
"Jagung titi makanan khas sini. Satu kampung ini, kami yang buat. Ditumbuk batu sampai gepeng, seperti emping melinjo kalau di Jawa, tapi ini bahannya jagung," kata Ketua RT005 RW02 Lamahala Jaya, Suleman Kasim (69).
Jagung yang digunakan adalah jenis jagung pulut. Bijinya bertekstur empuk dan lengket, tidak seperti biji jagung hibrida yang keras sehingga gampang hancur saat ditumbuk.
Jagung titi selama ini kurang populer di masyarakat luar NTT, sebab proses pembuatannya yang spesifik, hanya dikerjakan orang-orang tertentu secara turun-temurun. Proses produksi dilakukan sangat tradisional. Biji yang telah direndam semalaman, kemudian dipanaskan dalam periuk menggunakan kayu bakar hingga setengah matang.
Uniknya, proses adukan hingga mengangkat biji jagung dari periuk panas dilakukan tanpa menggunakan alat, melainkan dengan jari tangan si pembuat. "Kira-kira satu jimpit jagung kita taruh di atas periuk (batu) lalu ditumbuk sampai gepeng," kata Suleman.
Zainab Abdullah (63), salah satu pelaku usaha itu, kini sibuk mengejar permintaan jagung titi untuk kudapan Ramadhan 1442 Hijriyah. Sebab, sudah beberapa kali aktivitas itu dia tunda untuk menghadiri tahlilan dari keluarga korban banjir bandang di desa tetangga.
Sebanyak 50 batang jagung yang dipetik dari kebun, sanggup diproduksi Zainab hingga dua baskom besar. Satu baskomnya kira-kira 1,5 kilogram, lalu dijual ke pasar atau berkeliling kampung.
Salah satu pelanggannya adalah H Adnan Sangaji yang saat ini mewarisi tahta Kerajaan Lamahala sebagai keturunan ke-13 raja pendahulu, NN Sangaji. "Kalau Ramadhan bisa tambah untung Rp15.000. Kalau hari biasa untungnya Rp30.000 sehari," katanya.
Sementara Adnan Sangaji saat dikonfirmsi membenarkan bahwa jagung titi merupakan salah makanan favoritnya, terutama saat bulan puasa. "Warga Adonara yang sedang pergi merantau dalam waktu lama, pasti dia menangis kalau menemukan jagung titi di sana. Ini makanan yang mengingatkan mereka untuk pulang," katanya.
Meski tekstur dan proses pembuatan jagung titi mirip dengan emping, tapi tidak dengan rasanya. Emping berbahan dasar melinjo memiliki sedikit rasa pahit yang kerap bisa tersamarkan dengan pemberian bumbu yang pas.
Jagung titi khas Lamahala tak menyiratkan rasa pahit sedikit pun. Sensasi rasanya justru lebih meriah dengan tambahan garam yang membuat rasa gurihnya berpadu serasi dengan semburat manis jagung. Jadi, minat mencoba?