Apa Itu Fatherless? Fenomena yang Tengah Ramai Diperbincangkan di Media Sosial

| 06 Aug 2024 08:00
Apa Itu Fatherless? Fenomena yang Tengah Ramai Diperbincangkan di Media Sosial
Ilustrasi Fatherless (Unsplash)

ERA.id - Belakangan ini, fenomena 'fatherless' atau tanpa peran ayah ramai diperbincangkan di media sosial. Fatherless merupakan kondisi di mana terjadi sosok ayah kurang hadir, baik secara fisik atau psikologis dalam sebuah keluarga.

Dari hasil riset menunjukkan Indonesia menempati peringkat ketiga negara fatherless di dunia, berdasarkan penelusuran dari laman Universitas Airlangga. Padahal, keterlibatan peran ayah bagi perkembangan anak sangat penting.

Ketika banyak keluarga merayakan perayaan Hari Ayah, sejumlah orang dihadapkan pada kenyataan pahit ada jutaan anak di dunia yang tidak memiliki figur seorang ayah. Sebagian besar orangtua tunggal tidak ada figur ayah yang memberikan tanggungjawab untuk anak.

Dilansir dari South Carolina Center For Fathers and Families, apabila tidak ada figur ayah, anak-anaklah yang paling menderita.

Fenomena tanpa ayah ini berdampak pada anak-anak di setiap tingkatan, termasuk angka putus sekolah, kecanduan, masalah kesehatan mental yang melemahkan, tuna wisma, penjara hingga bunuh diri. 

Sebesar 85%, sebagian anak muda di penjara berasal dari keluarga tanpa ayah. Hal ini menunjukkan kebutuhan penting bagi para ayah untuk terlibat dengan anak-anaknya di rumah.

Dari 10 daerah di South Carolina menunjukkan persentase rumah tangga tanpa ayah tertinggi, delapan di antaranya juga memiliki pendapatan rata-rata terendah. Statistik seperti ini menunjukkan perlunya memberikan dukungan bagi para ayah.

Dampak buruk tidak ada figur seorang ayah dalam kehidupan anak adalah tidak adanya panutan atau role mode dari laki-laki dewasa. Padahal, sosok Ayah dominan dalam memberikan arahan kepada anak-anaknya. Ayah juga membantu anak memberikan gambaran seperti apa seorang laki-laki harus bertindak.

Peran ayah yang seharusnya mencintai, melatih, dan menjadi model bagi anak hanya terkotakkan menjadi figur pencari nafkah. Hal ini pun didukung dengan didikan zaman dahulu yang mengglorifikasi peran seorang ayah sebagai pencari nafkah.

Anak yang harus hidup fatherless berisiko mengalami berbagai perilaku yang berkaitan dengan emosionalnya. Sebut saja dari sikap agresif, kenakalan, hingga penggunaan zat-zat terlarang. Anak yang hidup fatherless berisiko mengalami depresi, cemas, hingga memiliki masalah harga diri dan merasa tidak diinginkan siapa pun.

Rekomendasi