Tips Mengelola Keuangan untuk Menyikapi Kenaikan Harga Jelang Lebaran

| 21 Mar 2024 19:45
Tips Mengelola Keuangan untuk Menyikapi Kenaikan Harga Jelang Lebaran
Ilustrasi mengatur keuangan untuk menghadapi kenaikan harga menjelang lebaran (Unsplash)

ERA.id - Kenaikan harga kebutuhan rasanya sulit kita hindari menjelang perayaan Lebaran. Kendati demikian, bukan berarti hal itu tidak bisa kita siasati dengan kiat-kiat atau mengelola keuangan yang matang. 

CEO dan Kepala Perencana Keuangan QM Financial Ligwina Hananto mengatakan, salah satu kiat jitu menyikapi kenaikan harga agar kondisi keuangan kita tidak berantakan adalah dengan berhemat.

"Ya tentu berhemat. Apa yang harus kita lakukan apa yang harus kita siapkan. Kalau buat aku, orang yang sudah punya anggaran akan tahu dia berhematnya buat apa," ujar Ligwina di Jakarta, seperti dikutip Antara.

Ligwina membagikan sebuah rumus sederhana yang dikenal sebagai rumus 1, 2, 3, dan 4. Angka 1 mengacu pada 10 persen, 2 adalah 20 persen, 3 adalah 30 persen, dan 4 adalah 40 persen.

Menurut rumus ini, 10 persen dari penghasilan harus dialokasikan untuk ditabung dan diinvestasikan. 

Selanjutnya, maksimal 20 persen dapat digunakan untuk keperluan gaya hidup, seperti bersenang-senang, menonton bioskop, atau mengunjungi kafe.

Bagian berikutnya, yakni sebanyak 30 persen dapat dialokasikan untuk pembayaran utang atau cicilan. Sementara itu, sisanya yaitu 40 persen adalah untuk biaya hidup sehari-hari.

"Nah berhemat itu agar semua pos ini terjaga. Kalau kita boros, (misalnya) untuk gaya hidup saja nanti untuk nabungnya enggak ada. Nah maka kita harus tahu mana pos yang harus dihemat supaya kita ada pos untuk nabung, untuk gaya hidup, tapi bayar cicilan atau hutang jalan terus," ucap dia.

Menurut Ligwina, masyarakat harus bisa membedakan antara gaya hidup dan biaya untuk hidup supaya tidak boncos dalam mengatur keuangan.

Biaya hidup mencakup kebutuhan sehari-hari seperti makan, membayar listrik, atau kebutuhan transportasi. Sedangkan gaya hidup lebih kepada untuk bersenang-senang.

"Kalau gaya hidup itu kalaupun enggak ada, kita tetap baik-baik saja," ucap Ligwina.

Rekomendasi