Terima Saja, Kemenangan Zohri Memang Mengejutkan
Terima Saja, Kemenangan Zohri Memang Mengejutkan

Terima Saja, Kemenangan Zohri Memang Mengejutkan

By Yudhistira Dwi Putra | 13 Jul 2018 16:45
Jakarta, era.id - Pelari 100 meter putra Indonesia, Lalu Muhammad Zohri berhasil membuat kejutan dalam kejuaraan dunia atletik U-20 di Finlandia, Rabu (11/7). Zohri berhasil finish dengan catatan 10,18 detik, unggul dari Anthony Scwartz dan Eric Harrison, dua pelari asal Amerika Serikat yang sama-sama finish di angka 10,22 detik.

Maksud saya menyebut kejutan ini sungguh-sungguh, bukan cuma kalimat hiperbola yang biasa digunakan untuk pemanis sebuah paragraf pemberitaan. Lihat saja bagaimana Zohri yang sempat kebingungan mencari bendera Indonesia kala merayakan kemenangannya sesaat setelah mencapai garis finish. Seperti tidak mempersiapkan diri untuk duduk di tempat pertama.

Terlihat menyebalkan memang. Bikin bertanya-tanya, di mana mental pemenang kita? Tapi, sudah lah ya. Pasti ada yang lebih penting dari sekadar meributkan insiden bendera. Toh, pelatih Zohri sendiri, Eni Sumartoyo sudah mengakui, boro-boro menyiapkan bendera, memprediksi kemenangan Zohri pun enggak. Zohri memang diprediksi bakal masuk final, tapi di posisi dua atau tiga, bukan posisi pertama.

"Kami memang tidak memprediksikan Lalu akan menang ... Itu salah tim kami, setiap keluar negeri tidak mempersiapkan bendera," kata Eni di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (12/7).

Ada alasan memang kenapa kemenangan Zohri ini mengejutkan. Jika merujuk hasil pada tahap pendaftaran, Zohri mencatatkan waktu 10,25 detik, kalah lumayan telak dari Schwartz yang mencatatkan waktu 10,09 detik. Kemudian, di babak pertama, catatan Zohri bahkan memburuk dengan catatan finish 10,30 detik. Catatan Zohri sempat membaik di babak semifinal dengan catatan waktu finish 10,24 detik. Tapi, tetap saja, menjadi juara adalah hal yang sangat enggak terprediksi.

Bukan cuma catatan Zohri sepanjang kejuaraan yang bikin kemenangan ini jadi mengejutkan. Selama 32 tahun kejuaraan dunia atletik U-20 ini dihelat, nyatanya ini memang kali pertama atlet Indonesia menjadi juara dunia. Sebelumnya, catatan terbaik Indonesia dalam nomor lari 100 meter ditorehkan pada tahun 1986, dengan catatan finish di urutan delapan pada babak penyisihan. Zohri jelas jauh melampaui capaian tersebut.

Infografis "Catatan Rekor Zohri Sepanjang Kejuaraan" (Mia Kurniawati/era.id)

Terus, apa istimewanya Zohri?

Zohri nyatanya adalah atlet istimewa. Menurut Eni, atlet 18 tahun itu memiliki mental kuat sebagai seorang atlet profesional. Hal itu terlihat dari bagaimana Zohri memperbaiki catatan finishnya dari babak ke babak kejuaraan ini. Ya, meski nyatanya catatan itu sempat menukik parah juga di babak pertama. Tapi, seenggaknya, Zohri menunjukkan progres.

Bukan cuma soal mental. Secara fisik pun Zohri memang memiliki keistimewaan. Kata Eni, Zohri memiliki keunggulan dalam frekuensi langkah yang lebih cepat ketimbang sejumlah atlet lari junior dalam negeri lainnya. Selain itu, kata Eni, Zohri memiliki otot fast twitch natural yang notabene merupakan tipe otot yang paling efektif untuk memompa gerak cepat seseorang yang berlari dalam durasi pendek.

Kata Eni, dua hal tersebut merupakan modal yang amat penting yang dimiliki Zohri sebagai seorang sprinter. Kalau soal porsi latihan, tim pelatih enggak membeda-bedakan porsi dan menu latihan para atlet. Seluruh atlet termasuk Zohri, kata Eni wajib mengikuti program latihan sebanyak sebelas kali di tiap pekan. "Cara pembinaan untuk semua atlet sama. Hanya saja, Lalu Muhammad Zohri memiliki keistimewaan,” kata Eni.

Dari sisi pembinaan atlet, Sekretaris Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI), Tigor Tanjung menyatakan, pada dasarnya, seluruh atlet yang tergabung dalam pelatnas adalah orang-orang terbaik yang diseleksi melalui kompetisi-kompetisi tingkat daerah. Kata Tigor, para pelatih sendiri yang turun langsung untuk memantau potensi calon-calon atlet pelatnas tersebut.

Di pelatnas, para atlet akan digembleng sekaligus diperlakukan dengan berbagai metode khusus. Menurut Tigor, PB PASI juga mendatangkan seorang konsultan atletik asal Amerika Serikat, Harry Mara yang bertugas memperkuat tim pelatih dengan rekomendasi menu-menu latihan para atlet sekaligus membantu tim pelath menerapkan seluruh hasil pelatihan terhadap atlet.

 

Rekomendasi
Tutup