Raungan dari mesin mobil Formula One (F1) yang memekakkan telinga, tak menyurutkan minat penonton. Para penonton rela berdesak-desakan di bawah terik matahari hanya untuk melihat para pebalap favorit mereka beraksi pada Grand Prix (GP) Singapura 2018 yang berlangsung 14 hingga 16 September itu.
Mereka seakan tak hiraukan panas yang menyengat dan raungan mesin enam silinder nan gahar. Sebagian dari mereka menggunakan payung untuk berlindung dari terik mentari. Para penonton tidak hanya berasal dari negeri tuan rumah saja, sebagian besar dari mereka adalah turis mancanegara.
Seorang penonton asal Darwin, Australia, Stephanie (21), mengatakan ia sudah lama memimpikan bisa hadir melihat langsung ajang balapan mewah itu.
"Saya menabung selama enam bulan terakhir, agar bisa hadir di sini," kata Stephanie yang diiyakan temannya.
Stephanie datang ke Singapura bersama dua orang temannya. Ia memilih untuk datang ke Singapura, karena ia melewatkan ajang GP Australia pada Maret lalu. Tahun ini, menurut dia, juga menjadi spesial karena tahun terakhir pebalap McLaren kesayangannya, Fernando Alonso, berada di lintasan. Pebalap asal Spanyol itu menyatakan pensiun tahun depan.
Untuk bisa menonton langsung tim kesayangannya, Stephanie mengaku harus mengeluarkan uang cukup banyak. Termasuk untuk pesawat pulang pergi ke negara asalnya.
Tiket termurah untuk ajang GP Singapura untuk tiket satu hari seharga 128 dolar Singapura. Itupun harga tiket untuk sesi latihan pada hari Jumat (14/9). Sedangkan harga tiket untuk Sabtu dan Minggu bisa mencapai 388 dolar Singapura. Namun meskipun terbilang mahal, ajang tersebut tak pernah sepi penonton.
Singapura tahu bagaimana cara menghasilkan uang. Sejak 2008, negara itu menjadi tuan rumah ajang balapan bergengsi itu. Singapura menyulap jalan raya menjadi ajang balapan hanya dalam waktu beberapa pekan saja.
Jalanan yang sehari-hari digunakan masyarakat itu disulap menjadi Sirkuit Jalan Raya Marina Bay merupakan sirkuit dengan panjang 5,067 km dengan jumlah tikungan sebanyak 23.
Singapura menjadi satu-satunya tempat bagi ajang balapan yang diselenggarakan pada malam hari. Balapan pada malam hari membuat percikan api yang terjadi di setiap balapan menjadi dramatis. Percikan api terjadi akibat gesekan piringan titanium di bawah mobil F1 dengan aspal. Tak heran slogannya pun, rumah untuk ajang balapan F1 di malam hari.
Jadilah ajang balapan dunia dengan latar belakang bangunan ikonik Singapura mulai dari gedung teater yang terilhami berbentuk durian, Esplanade, bianglala raksasa Singapura atau Singapore Flyer hingga hotel berbentuk kapal atau yang dikenal dengan Marina Bay Sands.
Bukan Sekedar Balapan GP Singapura 2018 bukan hanya soal balapan, bukan juga soal persaingan sengit antara pebalap tim Mercedes, Lewis Hamilton, dan pebalap tim Ferrari, Sebastian Vettel. Tapi juga penyelenggaraan konser musik dan aneka hiburan lainnya. Penonton tidak hanya disuguhkan penampilan ciamik pebalap dunia, tapi juga para musisi kelas dunia.
Pada tahun ini, sejumlah musisi dunia turut memeriahkan. Sebut saja, penyanyi rap asal Taiwan Jay Chou, grup band asal Amerika Serikat The Killers, Joe Hahn dari Linkin Park, penyanyi asal Inggris Liam Gallagher, hingga penyanyi asal Inggris yang sedang naik daun, Dua Lipa.
Belum lagi pertunjukan jalanan yang tiada henti-hentinya disuguhkan. Banyak penonton yang menyebut mereka tidak hanya sekedar menyaksikan ajang balapan, tetapi juga berwisata dan menikmati hiburan.
Pada petang hari, usai pertandingan pengunjung dapat menikmati senja di tepian Sungai Singapura. Bagi pengunjung yang memiliki tiket dermaga, mereka bisa berwisata berkeliling sungai atau yang tak memiliki tiket cukup puas sekedar duduk-duduk di tepian sungai.
Bagi yang merasa lapar, bisa membeli makanan dan minuman. Tak sulit menemukan makanan dan minuman, di setiap sudut banyak tersedia kedai kuliner yang menjajakan makanan dan minuman.
Atau bagi yang memiliki tiket VIP, mereka bisa menikmati senja dari atas balkon tribun penonton sambil menikmati makanan dan minuman yang disediakan. Penonton kelas VIP bisa menonton balapan sambil menikmati makanan dan minuman yang disuguhkan.
"Menurut saya tidak rugi hadir menonton F1 di sini. Kami tidak hanya menikmati balapan, tetapi juga hiburannya juga," kata penonton asal China, Juliet.
Euforia GP Singapura tidak hanya terjadi di arena balapan. Tetapi juga di setiap sudut keramaian negara kota tersebut. Pada saat pertandingan, di sejumlah mal terdapat layar besar yang menampilkan pertandingan jet darat tersebut.
Sejumlah oleh-oleh dari ajang F1 juga dapat dibeli selain di arena balapan. Biasanya mereka juga menjual tiket. Bahkan untuk GP Singapura 2019, mereka sudah mulai menjual tiketnya mulai dari sekarang.
GP Singapura pada 2017 berhasil menggaet sekitar 260.400 penonton, naik 19 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Diperkirakan tahun ini jumlah penonton akan kembali meningkat.
Sejumlah pakar ekonomi menyebut bahwa penyelenggaraan GP Singapura membawa dampak pada industri pariwisata. Tingkat hunian hotel yang meningkat drastis begitu juga industri makanan dan minuman yang turut melonjak. Kunjungan wisatawan ke Kota Singa itu menggerakkan roda perekonomian masyarakat.
Berbeda dengan Malaysia, yang menyerah pada 2017 dengan tak lagi menyelenggarakan F1 di Sepang dengan alasan penonton yang berkurang. Singapura justru melaju dan akan memperpanjang kontrak hingga 2021. Tak terbayangkan berapa banyak pundi-pundi yang bisa diraup melalui penyelenggaraan ajang jet darat itu.