Para ilmuwan membedah data yang berasal dari 274.000 responden, yang merupakan pasien di Swedia yang mengalami serangan jantung medio 1998 dan 2013 yang mana data cuaca kontemporernya sudah tersedia.
Studi ini menemukan bahwa insiden serangan jantung meningkat pada suhu udara yang lebih rendah, tekanan udara atmosfer yang lebih rendah, kecepatan angin yang lebih tinggi dan durasi sinar matahari yang lebih singkat. Di antara faktor-faktor tersebut, yang pengaruhnya paling menonjol adalah faktor suhu udara.
Profesor kardiologi dari Universitas Lund, David Erlinge mengatakan sejauh ini penelitiannya merupakan yang terbesar tentang cuaca dan serangan jantung. "Kami sangat tertarik tentang apa yang menjadi pemicu serangan jantung, karena jika kita tahu pemicu tersebut kita mungkin dapat melindungi diri sendiri," katanya seperti dikutip theguardian.com, Jumat (25/10).
(Foto: Pixabay)
Insiden serangan jantung juga lebih tinggi pada suhu udara di bawah titik beku. Pengaruh temperatur udara juga berlaku untuk berbagai jenis serangan jantung, termasuk jenis yang paling umum yakni disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner utama, yaitu pembuluh penting yang memasok darah ke jantung.
Para ilmuwan berspekulasi bahwa cuaca dingin dapat menyebabkan penyempitan arteri dan menempatkan tekanan ekstra pada jantung. "Cuaca dingin dan berangin menyebabkan adanya kontraksi pada pembuluh darah di bagian kulit untuk menghemat energi dan suhu," kata Erlinge.
Hal tersebut, lanjut Erlinge, meningkatkan beban kerja jantung yang mengakibatkan meningkatnya risiko serangan jantung. Penjelasan lain adalah karena adanya perubahan perilaku selama musim dingin, seperti misalnya seseorang jadi malas berolahraga atau mengubah kebiasaan makan.
Selain itu, bisa juga karena peningkatan infeksi pernapasan seperti flu selama musim dingin, yang telah dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung. Erlinge menambahkan, cuaca dingin, berangin juga meningkatkan stres emosional, yang berpengaruh erat dengan kejadian serangan jantung.
Dalam mempelajari hubungan dari berbagai parameter cuaca dengan risiko serangan jantung, Erlinge dan timnya juga memperhitungkan data nasional soal polusi udara, yang baru-baru ini dikaitkan dengan perubahan dalam struktur jantung. Namun menurut temuan polusi udara tidak mengubah hasil yang dilaporkan dalam penelitian.
Profesor kardiovascular dari University of Leeds, Chris Gale yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa di Inggris sebanyak 100.000 orang terkena serangan jantung per tahun, sehingga serangan jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat di sana.