Orang Tua Harus Pantau Gejala Diabetes pada Anak

| 01 Nov 2018 08:09
Orang Tua Harus Pantau Gejala Diabetes pada Anak
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Mungkin banyak di antara orang tua yang belum tahu jika penyakit diabetes ternyata tak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak. 

Oleh karena itu, ahli endokrin anak dr. Aman Pulungan menyarankan agar orang tua mewaspadai gejala-gejala diabetes melitus (DM) pada anak. Gejala tersebut antara lain anak sering haus, lapar, kencing, gatal, dan berat badan menurun drastis.

"Pasien diabates anak ini sudah mencapai 97 juta orang di Indonesia, baik untuk kasus DM tipe-1 dan DM tipe-2. Untuk kasus DM tipe-1 itu paling banyak jumlahnya ketimbang DM tipe-2 . Namun, DM tipe-2 ini juga cenderung meningkat jumlahnya," ungkap Aman di Jakarta, seperti dikutip Antara, Rabu (31/10/2018).

Menurutnya, selain memerhatikan ciri fisik anak, orang tua juga harus memeriksa gula darah anak saat dia masuk UGD. Untuk kadar gula darah normal anak itu antara 100 mg/dl hingga 200 mg/dl. Tapi, bila kadar gula darah lebih dari 200 mg/dl itu sudah dikategorikan diabetes.

(Ilustrasi/Pixabay)

Khusus pada kasus DM tipe-1, sambungnya, komplikasi terparahnya adalah pasien meninggal. Sayangnya, anak dengan DM tipe-1 ini merupakan anak terpilih.

"Siapa saja tidak harus menunggu faktor keturunan dapat terkena diabetes DM tipe-1. Karena itu, anak-anak yang terkena itu diabetes tersebut disebut mereka terpilih. DM tipe-1 dipengaruhi gen tertentu, tapi bukan turunan. Penyebab dari diabetes ini adalah auto-imun," papar Aman.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia ini mengatakan menambahkan, bahwa ada faktor risiko yang memicu auto-imun dan kemudian meningkat menjadi DM. "Adanya infeksi virus seperti arbovirus, polio, coxsackie. Selain itu, ada juga defisiensi vitamin D," imbuh Aman.

Kepala Divisi Endokronologi Departemen Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo ini menjelaskan, DM tipe-1 ini bila tidak diketahui sejak awal dan tak tertangani dengan baik berujung pada kematian.

"Untuk DM tipe-2 ini, data agak sulit didapat. Sehingga, karena belum parah dibiarkan saja. Baru pada usia di atas 18 tahun akan ketahuan DM," tutur dr. Aman.

Kasus DM pada anak ini di Indonesia ini bagaikan fenomena gunung es. Oleh karena itu, anggota Dewan Penasehat Physician International Society for Pediatric and Adolescent Diabetes ini menyarankan agar antisipasi DM pada anak dilakukan sejak dini.

"Seperti kasus DM anak yang banyak ditemukan di Jepang. Anak-anak di sana diminta untuk tes urin sehingga ketahui dari awal berapa banyak anak yang menderita diabetes. Apalagi, data saya menyebutkan bahwa terdapat 40 persen anak di Indonesia yang mengalami resisten insulin," tutup dia.

Rekomendasi