"Konsumen percaya dan yakin pada kami. Hanya orang-orang politik yang mencoba menekan kami," kata Pimpinan Divisi Konsumen Huawei, Richard Yu, saat konferensi pers di China, seperti diberitakan Antara, Sabtu (26/1/2019).
Pandangan Huawei bertolak belakang dengan kondisi para raksasa ponsel dunia, Samsung dan Apple, yang penjualannya melemah di China. Permintaan ponsel di pasar besar dunia melemah selama beberapa waktu belakangan.
Huawei bermula dari perangkat infrastruktur telekomunikasi dan beberapa tahun belakangan ini turut membuat ponsel pintar. Pendapatan Huawei untuk bisnis konsumen dikabarkan meroket 50 persen tahun lalu, melebihi 52 miliar dolar.
Divisi bisnis konsumen menyumbang 48 persen dari total pendapatan Huawei, artinya melebihi porsi bisnis jaringan telekomunikasi.
"Bahkan tanpa pasar AS kami akan jadi nomor satu di dunia. Saya yakin di awal tahun ini, atau paling lambat tahun depan," kata Yu.
AS dan sejumlah negara lainnya melarang Huawei beroperasi di negara mereka karena perusahaan tersebut dicurigai digunakan pemerintah China sebagai mata-mata. Huawei menolak tuduhan tersebut Huawei tahun lalu mengapalkan 208 juta ponsel.
IDC menyebutkan pengiriman ponsel global turun 3 persen tahun lalu, berada di digit tunggal tahun ini dan diperkirakan hingga 2022. Jaringan 5G diperkirakan akan membawa angin segar untuk industri Huawei memanfaatkan momentum ini untuk meluncurkan ponsel lipat yang ditenagai chipset yang sudah mendukung jaringan 5G bulan depan, saat Mobile World Congress. Perangkat akan dijual mulai April.
Huawei sudah menyiapkan chipset buatan sendiri Balong 5000, kompetitor Qualcomm Snapdragon X50, sebagai modem 5G dan dapat digunakan di kendaraan swakemudi.
Huawei mengklaim chip buatan mereka adalah yang pertama yang dapat digunakan di arsitektur berbeda di berbagai negara.
Huawei menggunakan chipset buatan sendiri untuk ponsel kelas high-end mereka, namun, tidak berminat mengembangkan divisi tersebut menjadi perusahaan terpisah dan bersaing dengan Qualcomm dan Intel.