Bukan apa-apa, selama tahun 2017, Indonesia sudah digempur 205.502.159 serangan siber. Efeknya ada yang memang cuma alakadarnya hingga bisa ganggu sistem administrasi rumah sakit.
Indonesia seharusnya bisa berkaca kepada Tiongkok. Urusan keamanan internet, negeri ini tidak main-main. Selain menerapkan pemblokiran banyak situs, Tiongkok punya sistem Great Cannon, mirip-mirip National Security Agency (NSA) AS.
Dilansir dari kominfo.go.id, Great Cannon merupakan sistem komputer di luar yuridiksi Tiongkok untuk menyerang konten-konten yang tidak sepaham dengan pemerintah. Dengan perubahan pemograman, sistem teknologi hacking itu mengirimkan virus ke komputer siapa saja yang berkomunikasi dengan server milik Tiongkok yang tidak dilengkapi dengan perlindungan enkripsi.
Kembali ke Indonesia. Nama badan yang dimaksud untuk menangkal gangguan keamanan jenis baru ini dinamakan Badan Siber dan Sandi Negara. Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) Djoko Setiadi dipilih Presiden Jokowi untuk memimpin badan ini. "Ini adalah sebuah badan yang sangat penting dan ke depannya sangat diperlukan oleh negara," Jokowi, Selasa (2/1) kemarin.
(Desain: Wiky/era.id)
Merujuk Peraturan Presiden No 133 Tahun 2017, Badan ini punya empat deputi di bidang Identifikasi dan Deteksi; Proteksi; Penanggulangan dan Pemulihan; serta Pemantauan dan Pengendalian. Tugasnya pun banyak. Mulai dari proteksi penanggulangan, pemulihan hingga urusan persandian, penapisan, dan diplomasi siber.
Sebenarnya, para penegak hukum di Indonesia juga sudah punya sistem keamanan penangkal serangan siber sendiri. Menko Polhukam Wiranto memastikan semuanya akan tetap berjalan sesuai fungsinya.
"(Badan Siber) hanya memayungi," ucap Wiranto.
Suasana pelantikan Djoko Setiadi di Istana Negara (Biro Pers Kepresidenan)