Ulasan Us-Alegori Mengagumkan dari Horor Bergaya Klasik

| 25 Mar 2019 15:36
Ulasan <i>Us</i>-Alegori Mengagumkan dari Horor Bergaya Klasik
Us (IMDB)
Jakarta, era.id - Jordan Peele kembali dengan karya barunya. Setelah sukses menyita perhatian dunia lewat debut penuh sihir yang ia pertontonkan dalam Get Out (2017), Peele kembali dengan Us. Ada satu panduan untuk menangkap segala pesan yang disampaikan Peele dan menikmati film ini secara penuh: berkonsentrasilah pada setiap detail.

Us bercerita tentang teror yang dialami keluarga Wilson, Adelaide/Addy (Lupita Nyong'o). Gabe (Winston Duke) dan kedua anak mereka, Zora (Shahadi Wright Joseph) dan Jason (Evan Alex) ketika mereka berlibur ke sebuah daerah di sekitar Pantai Santa Cruz. Malam di hari pertama liburan mereka, keluarga Wilson didatangi empat doppelganger alias kembaran yang enggak memiliki hubungan darah.

Keempatnya tampak sama persis dengan masing-masing anggota keluarga Wilson. Bersenjatakan gunting emas, doppelganger bersetelan merah-merah itu berupaya membunuh keluarga Wilson. Segala ketegangan pun dimulai sejak menit itu. Pelarian, perlawanan dan segala upaya bertahan hidup keluarga Wilson mengantar para penonton pada petunjuk-petunjuk baru yang dibangun Peele untuk menggambarkan keseluruhan cerita dalam film.

Secara mitologi, doppelganger kerap dikaitkan dengan nasib buruk. Begini, ketika seseorang bertemu dengan doppelganger-nya, maka salah satu di antaranya diyakini harus mati. Sebab, hanya ada satu tempat untuk satu orang di dunia ini. Seperti narasi yang dibangun Peele di penghujung film: satu jiwa untuk satu tubuh.

Peele berhasil mengadopsi mitologi tentang doppelganger sebagai benang merah cerita yang penuh pesan. Doppelganger adalah cara Peele melempar pesan kepada penontonnya, bahwa musuh terbesar setiap manusia adalah diri mereka sendiri. Ya, seperti judul film yang diusung Peele: Us atau "kita".

Dalam konteks yang lebih luas, Us adalah kritik keras Peele terhadap sejumlah isu yang tengah terjadi di dunia nyata. Kamu bisa saja menikmati Us dengan sekali lewat dan keluar bioskop dengan membawa kesan mengerikan, memberitahu semua orang tentang liarnya fantasi Peele. Tapi, Us nyatanya lebih dari itu. Film yang didominasi pemain kulit hitam ini adalah penegasan Peele sebagai sutradara dengan kepekaan tinggi terhadap isu sosial.

Us dibuka dengan sebuah tayangan televisi yang mengampanyekan gerakan "rantai manusia". Gerakan semacam ini nyatanya pernah terjadi di tahun 1986. Saat itu, masyarakat Amerika Serikat (Amrik) menggelar sebuah gerakan amal bertajuk Hands Across America.

Gerakan yang mengusung nilai kepedulian masyarakat Amrik terhadap kelaparan di Afrika itu diyakini berhasil menyatukan genggaman tangan enam juta masyarakat Amrik selama kurang lebih lima belas menit. Meski begitu, gerakan ini juga banyak disebut sebagai simbol yang melahirkan arogansi Amrik terkait ambisi membangun tembok untuk mereka sendiri.

Isu itu nampak relevan dengan apa yang terjadi di Amrik saat ini, dengan Donald Trump dan ambisinya membangun tembok pemisah antara Amrik dan Meksiko. Dalam film Us, Peele turut menyentil ambisi Trump dengan menampilkan kontradiksi. Coba ingat, bagaimana rencana Addy mengajak keluarganya menyelamatkan diri ke Meksiko, lari dari Amrik yang mulai dikuasai doppelganger.

Ya, selain bisa dimaknai sebagai "kita", Us juga bisa dimaknai sebagai akronim dari United States (US). Lewat Us, Peele mengkritik semangat dan cita-cita bernegara yang diusung Negeri Paman Sam sejak dulu: American Dream, yang bagi Peele adalah sebuah impian semu dan menyesatkan, yang justru hanya memperlebar jarak antara masyarakat Amrik, memperparah kesenjangan antara masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas bawah.

Kemunculan doppelganger dalam film berhasil merepresentasikan konflik antara masyarakat kelas atas --keluarga Wilson dan seluruh manusia lain-- dan masyarakat kelas bawah yang diwakili para doppelganger yang digambarkan hidup di lorong-lorong kereta bawah tanah di bawah daratan Amrik yang penuh dengan pesona dan kekuatan. Pemberontakan doppelganger yang dibalut suasana apokaliptik ini berhasil Peele sajikan sebagai kritik keras terhadap Amrik.

 

Garapan

Dari segi garapan, Peele menyajikan warna baru dalam Us. Berbeda dengan Get Out yang teramat kelam, dalam Us, Peele berhasil menyelipkan sejumlah humor. Dan dalam kadar yang sangat pas, Us jadi percobaan yang baik buat selera humor Peele.

Dan keputusan Peele menggandeng Michael Abels dan Mike Gioulakis juga jadi keistimewaan. Abels yang sebelumnya turut dalam Get Out kembali berhasil memunculkan 'gangguan-gangguan' di telinga penonton. Scoring yang membalut Us tampak intens, sukses membuat penonton enggak tenang dalam duduknya. Abels pun rasanya terus berevolusi, sebab kompilasi suara dan musik dalam Us terasa lebih kaya dan serba pas!

Sementara Gioulakis, sinematografer yang bekerja bersama M. Night Shyamalan dalam Glass (2019) berhasil menghadirkan pemandangan-pemandangan yang asyik di layar. Dalam adegan ketika keluarga Wilson mendatangi Pantai Santa Cruz, misalnya.

Gioulakis memilih menampilkan adegan tersebut dengan teknik kamera bird eye. Selain itu, pengambilan gambar secara closeup ataupun big closeup yang terasa banyak dilakukan Gioulakis di sepanjang film berhasil membawa penonton ke dalam ketegangan yang tampak lewat ekspresi para pemain.

Dari departemen cerita, penulisan tetap jadi kekuatan yang ditonjolkan Peele. Sutradara pemenang kategori Skenario Asli Terbaik pada gelaran Oscar 2018 ini berhasil menyusun alur film dengan pertalian kuat antara satu adegan dengan adegan lainnya. Coba saja, bagaimana Peele menggambarkan pertemuan pertama antara Jason dan doppelganger-nya di dalam lemari. Adegan ini jadi petunjuk bagaimana doppelganger Jason mati di ujung film.

Adegan pertemuan pertama Jason dan doppelganger (IMDB)

Atau, yang paling keren adalah bagaimana Peele memadukan alur maju dalam film dengan selipan-selipan gambar yang menampilkan kehidupan Addy kecil --yang diperankan Madison Curry-- pasca kejadian misterius yang ia alami di Pantai Santa Cruz pada tahun 1986. Selipan-selipan gambar kehidupan Addy kecil adalah hal yang amat penting untuk diperhatikan, sebab lewat sanalah Peele mengantarkan penonton kepada twist yang hadir di akhir film.

Lewat Us, rasanya penonton makin mengenali siapa Peele. Karya-karyanya terasa klasik, membalut sebuah film horor dengan begitu banyak pesan yang relevan dengan kehidupan sosial dan isu-isu yang tengah terjadi di dunia. Peele adalah sutradara yang begitu kaya dengan alegori. Maka, enggak berlebihan rasanya ketika sensasi menonton The Shinning (1980) karya Stanley Kubrick muncul dalam 121 penayangan Us. Penuh pesan, baik yang tersirat ataupun terlihat.

Begitu banyak film keren, namun enggak semua dapat dijadikan bahan diskusi. Dan Us, semoga bisa mengembalikan kultur diskusi pascalayar di antara pecinta film dunia. Syukur-syukur bisa jadi pakem baru dalam garapan film-film horor modern ke depan.

Rekomendasi