Bagi band yang digawangi Joean Lasta (vokal), Anang (gitar), dan Helvi (bass), Hujan merupakan ungkapan bersalah yang mendalam. Atau, rasa sakit yang teramat sangat.
"Kalau diibaratkan seperti luka yang masih segar. Seperti tanah yang belum kering setelah guyuran hujan semalaman," ujar sang bassis Helvi.
Saking mendalamnya, penyesalan tersebut hanya bisa disampaikan dengan keluhan panjang "Aaaaaaaaaaaarrgh….”. Jika dicermati secara aransemen pun lagu ini tak seperti lagu kebanyakan. Hati-hati terheran-heran, lho.
Antartick pun lagi-lagi tak sendirian. Noh Salleh yang dipinang mereka memberikan persetujuan untuk berkolaborasi dalam lagu ini. Musik Noh dan bandnya yang juga kebetulan bernama Hujan menemani pertumbuhan Antartick. Belum lagi musikalitas Noh yang sangat luas yang mencuri perhatian Antartick.
Dua personel Antartick bersama Noh Salleh (Foto: Istimewa)
Noh dikenal dengan bandnya yang nge-rock dan bermusik 'bising' namun ternyata proyek solonya sangat bertolak belakang. Noh memilih musik folk jazz, sementara ia sangat mencintai rockabilly dan oldies song.
Proses pembuatan lagu ini memakan waktu cukup lama. Ya, 'kerjasama dua negara’ membuat Antartick harus bersabar dalam menyelesaikan Hujan. Noh memilih untuk take vocal di Indonesia saja dan hal itu membuat banyak waktu yang terlewatkan.
"Tapi ini hasil yang sangat kami sukai. Noh orang yang luar biasa dan perfectionist dalam berkarya. Buat kami seperti banyak dapat ilmu baru saat proses pembuatan lagu ini. Belum lagi sosok Noh yang jahil dan humoris," tutur Joean.
Garis merah dari judul Hujan adalah, lagu yang dibuat dan dipersembahkan oleh band dari kota Hujan berkolaborasi dengan vokalis band Hujan dari Malaysia. Seperti sebuah takdir dan chemistry yang terjalin tanpa rencana.
Hujan sudah tersedia di iTunes, Apple Music, Spotify, Deezer dan berbagai digital store lainnya.