Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Heru Pambudi mengatakan JasTip ternyata masih menjadi cara favorit bagi masyarakat Indonesia untuk membeli barang tanpa harus berpergian ke luar negeri. "Di Bandara Soekarno-Hatta saja kami melakukan 422 penindakan hingga 25 September 2019,” katanya di Kantor Pusat Bea dan Cukai, Jakarta, Jumat.
Menurutnya, metode JasTip sering disalahgunakan oleh para pelaku JasTip dengan membawa barang melebihi ketentuan yang berlaku dan tidak membayar pajak. Barang-barang dari kasus tersebut mayoritas terdiri dari pakaian, sepatu, tas, handphone, dan komestik yang berharga sangat mahal dan banyak yang belum ada di Indonesia. “Sekitar 75% barang pakaian baru sisanya tas, sepatu. Kalau kosmetik sedikit,” ujarnya.
Heru menjelaskan sudah ada aturan terkait batas nilai pembebasan yaitu sebesar 500 dolar Amerika per penumpang yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 203/PMK.04/2017 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Barang yang Dibawa oleh Penumpang dan Awak Sarana Pengangkut.
Salah seorang personal shopper atau pelaku usaha JasTip mengaku saat ini pihak Bea dan Cukai tengah gencar memelototi barang-barang bawaannya. "Bandara lagi intensif meriksa barang-barang bawaan. Padalah cuma lotion atau barag-barang kecil," ujar personal Shopper yang enggan disebut namanya ini.
Tak hanya memeriksa intensif barang bawaannya dari luar negeri, ia juga mengakui petugas custom juga mengecek akun media sosialnya. Sehingga ia enggan menyebut nama. Selain itu, ia juga sadar jika JasTip adalah tindakan ilegal. Tapi masyarakat sangat berminat menggunakan JasTip karena barang dijamin ori dan tak kena pajak.
"JasTip itu memang ilegal, kalau legal namanya pengusaha ekspor impor dong," seloroh wanita yang sering mondar-mandir Jakarta-Singapura ini.
Selain Singapura, Malaysia, Thailand, dan Jepang menjadi destinasi belanjanya. Barang yang sering dititip seperti pakaian, tas, sepatu, hingga bumbu masak. "Ada juga yang pesan suplemen, vitamin, bumbu masak yang enggak ada disini sih," jelasya.
Sekali jalan, ia mengaku bisa berbelanja hingga 50 juta rupiah dengan keuntungan yang lumayan. "Lumayan lah buat ganti ongkosnya," ujarnya.