Hal ini lantas membuat Instagram ikut berperan dalam mencegah kasus cyber bullying. Hari ini, platform nomor satu dunia itu meluncurkan fitur 'Restrict' atau 'Batasi' untuk melindungi mereka, khususnya para remaja dari cyber bulling.
Cyber bulling adalah kesalahan dari penggunaan teknologi informasi yang merugikan atau menyakiti dan melecehkan orang lain dengan sengaja secara berulang-ulang. Hal ini dapat terjadi pada kelompok yang saling mengenal dan kelompok orang yang tidak mengenal.
Kasus ini juga dapat menyebabkan pelaku menggunakan identitas palsu yang menyebabkan pelaku merasa bebas dari aturan-aturan sosial dan normatif yang ada.
"Bullying adalah isu yang kompleks, dan kami tahu anak remaja kerap menghadapi isu ini di dunia maya tapi kadang mereka merasa sungkan untuk melaporkan atau memblokir teman yang mengolok-olok mereka," demikian keterangan resmi Instagram.
Baca Juga: Dilarang Google, Tokopedia Setop Jualan Rokok di Android
Awal tahun ini, pimpinan Instagram Adam Mosseri menyebutkan, aplikasi sosialnya ingin berfokus menjadi platform yang mempimpin dalam hal pencegahan bullying. Fitur ini dirancang berdasarkan pemahaman mendalam tentang bagaimana orang biasanya melakukan bully dan cara mereka merespons perilaku bullying di Instagram.
Cara mengaktifkan fitur Restrict ini hanya dengan menggeser ke kiri pada komentar negatif atau buka profil orang yang ingin dibatasi, kemudian pilihlah opsi 'Restrict' atau 'Batasi'. Setelah fitur 'Restrict' diaktifkan, komentar dari orang yang telah dibatasi secara otomatis hanya akan bisa dilihat oleh orang itu sendiri. Anda ataupun followers Anda atau pengguna Instagram lainnya tak akan bisa melihat komentar negatif tersebut.
Fitur Restrict atau Batasi di Instagram. (Instagram)
Kendati demikian, Instagram tetap memberi pilihan untuk melihat komentar negatif tersebut dengan memilih opsi 'Lihat Komentar'. Pengguna memiliki kontrol untuk menghapus, membiarkan, atau mengizinkan komentar itu dapat dilihat oleh semua orang.
Tak hanya untuk kolom komentar saja, fitur Restrict juga berlaku untuk Direct Message (DM) atau pesan pribadi. Ketika mengaktifkan fitur Restrict di Instagram, pesan yang dikirim oleh orang itu secara otomatis pindah ke Direct Message. Pengirim pesan juga tak akan mengetahui apakah pesan tersebut sudah Anda baca atau belum.
Orang yang telah masuk dalam Restrict Anda, tidak akan bisa melihat kapan terakhir kali pengguna aktif di Instagram (active now). Anda juga tidak akan menerima notifikasi untuk interaksi dari akun yang telah dibatasi.
Menurut Sameer Hinduja, co-director CyberBullying Resecarh Center dan profesor di Florida Atlantic University mengatakan, fitur ini merupakan langkah ke arah yang benar, tetapi ada sejumlah faktor yang akan menentukan efektivitasnya.
"Kita perlu melihat bagaimana hasilnya pada skala, apakah pengguna Instagram yang kritis akan menggunakan fitur ini," ujar Hinduja, dikutip CNN.
Baca Juga: Layanan Twitter Terganggu, Tak Bisa Upload Foto dan Video
Sejak uji coba awal, Instagram menemukan bahwa fitur tersebut mendorong sebagian orang mengurungkan komentar ofensif dan membagikan hal yang sifatnya lebih baik setelah mereka melakukan refleksi diri.
Selama beberapa tahun belakangan, Instagram juga telah menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk mendeteksi perundungan dan jenis konten berbahaya dalam komentar, foto, dan video.
Kasus perundungan di media sosial terjadi karena dampak negatif perkembangan teknologi media sosial. Menurut Psikolog Universitas Padjajaran Bandung, Indah Sundari Jayanti, bullying terjadi karena para pelaku merasa lebih hebat, lebih baik, atau lebih segalanya. Para pelaku bullying ini memanfaatkan media sosial karena identitasnya bisa disembunyikan.
"Bullying dilakukan pelaku yang kurang memiliki kepekaan sosial serta minim rasa simpati dan empati sehingga cenderung menghiraukan konsekuensi akibat serta minimnya rasa tanggung jawab," demikian dikutip dari berita Antara pada Januari.
Sementara itu, pendiri PurpleCode Dytha Caturani dalam kampanye #PositionOFStrenght menyebut perempuan lebih rentan mengalami bullying di media sosial. Mereka kerap diserang secara personal dan direndahkan dengan atribut seksual atau lainnya dengan tujuan menghina. Sedangkan, laki-laki biasanya diserang ide atau statment di mana kita bisa berdebat dengan argumentasi yang masuk akal.
Cyber bullying menjadi sorotan karena hal ini sering terjadi pada para remaja. Peran orang tua, sekolah, dan masyarakat dapat membantu menekan kemungkinan terjadinya cyber bullying. Selain itu, media sosial perlu berperan aktif dalam melakukan kampanye anti cyber bullying dan wajib memiliki fitur yang menangani laporan-laporan terhadap kasus cyber bullying yang terjadi.