Jakarta, era.id - Ada yang berbeda dari keseharian selebgram Karin Novilda atau yang dikenal dengan nama Awkarin. Citra dirinya yang kerap sensasional dan jadi contoh buruk generasi muda, kini telah berubah 180 derajat.
Awkarin tampil menjadi sosok yang aktif dalam berbagai gerakan sosial. Mulai dari memberikan bantuan pascagempa Palu, hingga hadir memberikan konsumsi logistik saat demo mahasiswa yang memprotes sejumlah RUU kontroversial di DPR. Terbaru, Karin ikut menjadi relawan dalam memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Pertanyaannya, apakah ini bisa disebut sebagai upaya merubah citra atau rebranding diri? citra seperti apa yang hendak dibangun Karin?
Sebagian masyarakat yang akrab dengan jejaring media sosial, macam YouTube atau Instagram pasti sudah tidak asing lagi dengan Awkarin. Namanya mencuat sebagai sosok influencer yang bergaya hidup bebas, milenial masa kini.
Persepsi "bad girl" pun melekat pada pribadi Karin, saat mengkonsepkan nama panggungnya. Dalam wawancaranya dengan HAI, dia menjelaskan alasannaya menggunakan nama Awkarin yang diambil dari kata Awkward dan bisa diartikan buruk sekali, janggal atau canggung.
“Terus aku mikir-mikir, awkward Karin, tapi terlalu panjang kan. Kenapa nggak disingkat aja, awkward kan singkatannya awk, terus nama aku depannya Karin, terus k-nya diilangin satu, jadi awkarin. Jadi kalo, orang yang mikir kayak depannya tuh aw, itu salah, karena itu sebenernya awkward Karin,” Jelas Karin kepada HAI.
Sejak saat itu, Karin rajin menggunggah video pribadi atau vlog di jejaring YouTube. Hingga namanya melejit pesat ketika video curahan hati, soal hubungan asmara dengan kekasihnya Gaga Muhammad kandas.
Video yang diunggah 14 Juli 2016 itu langsung viral dan menjadi buah bibir warganet. Tak ubahnya film drama, meski pun Karin sudah putus dengan sang kekasih, ia tetap memberikan kejutan ulang tahun untuk pacarnya. Hal itu ia lakukan sebagai uangkapan rasa cintanya.
Sosoknya yang sensasional langsung membuat warganet kepo (penasaran) untuk mencari tahu latar belakangnya. Apalagi ketika mereka tahu kalau sebelumnya, Awkarin merupakan siswi SMP berprestasi asal Tanjung Pinang, Riau.
Warganet yang membandingkan sosok Karin sebagai siswa berprestasi, dengan pakaian serba tertutup dan berjilbab. Kemudian bermetamorfosis menjadi perempuan muda dengan gaya hidup bebas.
Persepsi publik terhadap Awkarin kadung lekat dengan sosoknya yang sensasional dan kontroversial. Tak jarang dari sosok kontroversialnya akhirnya mengundang haters bermunculan. Puncaknya, ketika warganet merasa kena "prank" dengan kabar Karin Novilda memutuskan untuk menjual akun Instagramnya.
Karin diketahui sempat menghilang dari Instagram pribadinya selama sepuluh hari, terhitung sejak unggahan cerita di Instagram Story pada 12 Oktober 2018. Dalam unggahan tersebut, ia mengaku lelah dan ingin menjalani hidup yang normal.
Publik lantas bertanya-tanya apakah Karin benar-benar telah meninggalkan dunia per-Instragam-an. Awkarin berutang penjelasan pada pengikutnya di media sosial. Hingga akhirnya ia melunasi utangnya dengan menunggah video di akun YouTubenya itu diberi judul "I QUIT INSTAGRAM".
Dalam video itu Karin menjelaskan alasannya mengapa ingin berhenti dari dunia Instagram yang menurutnya membawa pengaruh kurang baik atau yang ia sebut sebagai toxic. Segera kata "Instagram toxic" pun populer di jagat maya. Yang paling mengejutkan adalah ia menyampaikan bahwa ia nekad untuk menjual akun Instagramnya.
Akunnya disebut-sebut sudah dijual dan ia bakal kembali per tanggal 22 Oktober 2018 untuk menyelesaikan segala paid promote yang telah dibayar. Tak lupa ia juga menyebut hal ini bukanlah drama atau hoaks.
Dalam video tersebut juga Karin menceritakan dengan panjang lebar mengenai kisah hidup perjalannya, hingga samapi di pengumuman akhir yang menyebutkan nama pembeli akun Instagramnya, yakni... dirinya sendiri yang baru. Iya, Karin menjual akun Instagramnya kepada dirinya sendiri yang ia sebut sebagai The New Karin. Karin lama menjual akunnya kepada Karin yang baru. Jadi Karin barulah yang akan menggunakan Instagram mulai hari itu.
Citra baru
Beberapa hari setelah ia menghilang, foto-foto The New Karin muncul. Ia berfoto saat menjadi relawan di Palu. Tanpa riasan tebal, Karin terlihat menikmati waktu bercengkrama dengan anak-anak korban gempa bumi dan tsunami Palu. Karin pun banjir pujian. Orang-orang merasa Karin "jahat" sudah berganti menjadi Karin "baik" dengan tanpa make up dan baju seksi.
Sampai kepada baru-baru ini di tengah pergolakan kondisi Negara, Karin terlihat mengambil peran. Misalnya pada saat aksi demo mahasiswa 24 September. Dirinya datang ke tengah massa demo untuk membagikan 3.000 nasi kotak yang ia bawa. Tindakan itu sontak menjadi perbincangan di media sosial terutama Instagram dan Twitter.
Sementara itu, aksi sosial Karin berlanjut di Kalimantan Tengah. Ia mendatangi korban karhutla. Karin juga mengunggah foto saat ia berada di lahan hutan yang terbakar sambil mengenakan busana pemadam kebakaran, sembari menyemprotkan air dari selang alat pemadam kebakaran.
Melihat aktivitas Karin yang sekarang fokus di ranah sosial, Dosen Komunikasi peminatan Hubungan Masyarakat Universitas Indonesia, Pijar Suciati menilai bahwa yang dilakukan Karin tidak natural. Menurutnya sudah pasti apa yang dilakukan Karin sudah dikonsep oleh timnya atau bahkan Karin menyewa konsultan.
"Kalau menurut saya, kalau dia berubah secara drastis dengan lebih memperhatikan masalah sosial, itu adalah personal branding campaign yang terencana," katanya kepada era.id (4/10).
Pijar mengamini memang citra yang menempel pada Karin merupakan kurang baik. Oleh karena itu menurutnya apa yang dilakukan oleh Karin adalah upaya personal itu benar adanya.
"Kalau misalnya kita lihat memang imej yang kurang baik itu memang sudah menempel ke dia beberapa waktu yang lalu. Jadi apa yang diubah dia itu personaliti secara keseluruhan di mata orang-orang dan media massa dan juga sosial media. Jadi kalau pertanyaannya itu termasuk rebranding atau bukan, jawabannya iya," jelas Pijar.
Lebih lanjut Pijar menjelaskan bahwa rebranding secara umum itu bukan hanya sekadar mengganti nama dan logo. Apalagi bila kaitannya dengan personal, menurutnya tampilan dirinya secara keseluruhan harus diganti.
Selain itu, Pijar menjelaskan rebranding yang bagus itu harus holistik atau menyeluruh, perlu dikaji dengan baik, dan harus jelas tujuannya. "Apakah untuk memperluas audiens, apakah untuk memperbaiki citra dari seseorang seperti yang diduga dilakukan oleh Awkarin," Ujarnya.
Sedangkan alasan Karin melakukan rebranding, menurut Pijar adalah karena audiens Karin sendiri yang mulai bertumbuh. "Yang dulunya audiensnya usia teenagers, sekaran pasti kan sudah berubah, umur sudah semakin bertambah, sudah semakin dewasa," pungkasnya.