Spionase dalam Aplikasi Partai Komunis China

| 16 Oct 2019 15:05
Spionase dalam Aplikasi Partai Komunis China
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - Partai Komunis China tampaknya semakin mempersempit ruang gerak warga Tiongkok dengan membuat sebuah aplikasi propaganda yang bisa memata-matai lebih dari 100 juta warganya. 

Aplikasi Study the Great Nation ini berisi artikel berita dan video yang banyak menyoroti kegiatan Presiden China Xi Jinping. Aplikasi ini mendorong warga mendapatkan poin dengan membaca artikel, mengomentari, dan memainkan kuis tentang China dan pemimpinnya. Wajib hukumnya bagi para pejabat partai dan pegawai negeri untuk memiliki aplikasi ini. 

Berkat permintaan persuasif otoritas kepada warganya untuk mengunduh aplikasi ini, Study the Great Nation menjadi yang paling banyak diunduh di China. Meski telah rilis sejak Februari, aplikasi ini kembali ramai diperbincangkan usai laporan analisis yang menyatakan bahwa aplikasi tersebut merupakan aplikasi spionase pemerintah.

Open Technology Fund atau perusahaan keamanan siber Jerman Cure 53 membongkar sisi gelap dari aplikasi pemerintah pada akun ponsel berbasis Android itu. Mereka menemukan ada kecurigaan tentang invasi aplikasi dan elemen tersembunyi yang dapat memantau pengguna dan menyalin data. Menurut Core 53, aplikasi ini berisi kode yang menyerupai pintu belakang, yang dapat menjalankan perintah dengan hak istimewa penggunaan super para pengelolanya.

Baca Juga: Perkenalkan, Heli 'UFO' Made in China

Hak istimewa ini memberi kekuatan pemerintah untuk mengakses isi ponsel warganya. Termasuk, mengunduh perangkat lunak apapun, melihat daftar kontak, pesan, foto, menulusuri riwayat internet, bahkan mengaktifkan perekam audio. "Ini sangat tidak lazim untuk sebuah aplikasi yang memerlukan tingkat akses ke perangkat. Tak ada alasan untuk memiliki hak istimewa ini kecuali Anda melakukan sesuatu yang tak seharusnya," kata Direktur Riset di Open Technology Fund Adam Lynn, dikutip dari Washington Post, Rabu (16/10/2019).

Meski belum ada bukti akses tingkat tinggi itu sedang digunakan, namun Core 53 dalam laporannya menyatakan keanehan, alasan di balik aplikasi pendidikan yang justu membutuhkan akses ke ponsel tersebut. Aplikasi ini memperlemah enkripsi yang digunakan untuk mengacak data dan pesan sehingga memudahkan pemerintah memecahkan keamanan. "Ini bisa mengambil alih seluruh perangkat dan bisa mengirim kembali informasi," ujar Lynn.

 

Perusahaan keamanan itu mengatakan aplikasi ini memberi pemerintah akses pada isi ponsel warganya. Menanggapi laporan ini, pemerintah China membantah aplikasinya dapat bekerja seperti yang disebutkan dalam laporan Cure 53. "Tim di balik Study the Great Nation menyatakan tidak ada hal seperti itu di dalam program mereka," demikian pernyataan pemerintah Cina mengatakan pada Washington Post. Sementara itu, perusahaan yang bekerja sama dengan pemerintah China dalam pembuatan aplikasi ini --Alibaba-- menolak untuk memberikan komentar.

Selain itu, aplikasi ini juga digunakan untuk ujian para wartawan baru China. Mulai bulan ini, jurnalis asli Cina harus lulus ujian tentang kehidupan Presiden Xi yang dikirim melalui aplikasi. Mereka baru akan mendapatkan kartu pers saat lulus agar bisa melakukan pekerjaan peliputan.

Open Technology Fun menyimpulkan aplikasi ini sangat mengkhawatirkan bagi para penggunanya. "Yang jelas bahwa pemerintah telah mempromosikan Study the Great Nation sebagai cara bagi warga negara untuk membuktikan kesetiaan mereka dan mempelajarinya. Tetapi, pengelola aplikasi ini bakal memperlajari para penggunanya," tulisnya dalam sebuah laporan.

Baca Juga: Penindasan Etnis Uighur Jadi Dalih AS Batasi Visa China

Untuk menggunakan aplikasi ini, pengguna harus mendaftar dengan nama asli dan nomor ponsel mereka. Perlu diketahui semua ponsel di China harus terdaftar ke nomor kartu ID nasional. "Mereka membuat aplikasi Study the Great Nation sebagai borgol elektronik," tulis seorang pengguna Twitter yang mengidentifikasi dirinya sebagai peneliti independen Tiongkok. "Ini sangat mengerikan".

Sementara itu, seorang juru bicara DingTalk --aplikasi pengirim pesan-- mengaku mencoba menjauhkan anak perusahaan Alibaba ini dari aplikasi tersebut. "DingTalk adalah platform teknologi terbuka, dan rangkaian alat teknologinya dapat digunakan untuk pengembangan aplikasi lain secara independen dan tak memilkiki 'kode pintu belakang'," ujarnya, dikutip dari Washington Post, Rabu (16/10/2019).

Pemerintah China memang dikenal ketat dalam mengawasi warganya. Tapi tak hanya warganya, pada Juli otoritas China juga sudah mengawasi wisatawan asing melalui sebuah aplikasi. Pemerintah China menyusupkan perangkat lunak jahat alias malware ke dalam ponsel milik turis asing ketika mereka berada di wilayah perbatasan.

Menurut hasil investigasi bersama yang dilakukan The New York Times, Guardian, Motherboard, dan lembaga penyiaran Jerman NDR, malware bernama BXAQ atau Fengcai ini disusupkan ke ponsel milik turis yang melintasi perbatasan China ke wilayah Xinjiang. Malware ini bisa melihat data-data secara rinci mulai dari nomor IMEI, alamat WiFi, informasi bluetooth MAC, informasi mobile wallet, nomor telepon, hingga rincian informasi untuk masuk ke dalam akun jejaring sosial. Berdasarkan laporan, malware tersebut juga diketahui dapat mencari konten-konten yang berbau islami, seperti misalnya Al Quran. 

Tags : china
Rekomendasi