Alasan Virus Korona Baru Tak Begitu Mengkhawatirkan

| 05 Feb 2020 19:46
Alasan Virus Korona Baru Tak Begitu Mengkhawatirkan
Azzania Fibriani (Iman Herdiana/era.id)
Bandung, era.id – Tingkat kematian akibat infeksi Novel Coronavirus (2019-nCov) hanya 2,1 persen dari total kasus terkonfirmasi. Tercatat 490 orang meninggal dunia dan 24.000 lebih terinfeksi.

Namun virus korona jenis baru ini membuat dunia gempar dan panik setelah WHO menyatakan penularan virus ini sebagai wabah global. 

Azzania Fibriani, staf dosen Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB, bilang yang membuat virus dengan lambang 2019-nCov ini booming adalah tingkat penularannya yang tinggi dan cepat.

“Kalau dihitung tingkat kematian akibat infeksi virus ini sebenarnya sekitar 2 persen. Lebih rendah dari infeksi virus lainnya. Kenapa sangat booming?” kata peneliti dari Kelompok Keahlian Genetik dan Teknologi Molekuler ITB ini, dalam talkshow “Virus Corona dalam Perspektif Medis & Biologi Molekuler” di Kampus ITB, Bandung, Rabu (5/2/2020).

Ia membandingkan dengan wabah virus influenza lainnya seperti Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome - SARS) yang mewabah di China pada 2003, dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang mewabah di Arab Saudi pada 2012. Pada wabah SARS, kasus infeksi pertama terjadi pada 2002 dan sampai sekarang total terkonfirmasi 8.000-an kasus. Sedangkan MERS-CoV sampai 2019 terdapat 2.494 kasus terkonfirmasi.

Virus Korona (CDC)

Jika dibandingkan dengan virus korona baru yang ditemukan sejak Desember 2019 lalu, jumlah kasus terinfeksi sangat menyebar cepat dalam tempo singkat. Dengan kata lain, virus dari wilayah Wuhan ini lebih menular dibandingkan SARS dan MERS.

“Tapi kabar baiknya tingkat kematian MERS-CoV sebanyak 34 persen, SARS tingkat kematiannya 10 persen. Novel coronavirus 2 persen saja. Artinya, kita menghadapi virus lebih cepat penularannya tapi vatalitasnya lebih rendah,” terangnya.

Menurut penelitian, lanjut dia, novel coronavirus mampu memperbanyak diri pada tubuh inangnya (pasien) dalam waktu yang singkat. Dalam waktu tiga hari pascaterinfeksi, virus ini bisa beranak pinak dan menyebar ke sel-sel tubuh.

Ketua tim penanganan penyakit infeksi khusus Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr Yovita Hartantri Sp.P.D. (K)PTI, menilai kasus kematian tidak murni akibat virus melainkan ada penyakit bawaan yang memperparah kondisi pasien. 

“Pasien yang terkena di Wuhan kebanyakan usia lanjut, daya tahan tubuh mereka menurun, yang meninggal dunia punya penyakit yang mendasarinya seperti diabetes, jantung, ginjal, dan penyakit kardiovaskular lainnya. Begitu kena jadi berat dan itu yang menyebabkan kematian. 50 persen mereka punya penyakit yang mendasarinya,” paparnya.

Sementara gejala yang dialami para pasien bervariasi mulai ringan sampai berat yang ditandai dengan pneumonia (infeksi paru). Hal ini juga tergantung dari tingkat kekebalan tubuh pasien.

 

Tags : korona
Rekomendasi