Pria Berjanggut Rentan Tertular Virus Korona?

| 31 Mar 2020 18:08
 Pria Berjanggut Rentan Tertular Virus Korona?
Ilustrasi (Pexels dari Pixabay)
Jakarta, era.id - Menurut penelitian yang dilakukan terhadap SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndome) virus korona baru atau COVID-19 bisa bertahan selama 5 menit hingga 9 hari di atas permukaan. Tetapi apakah virus itu bisa bertahan di area wajah seperti janggut?

Walau janggut yang lebat terlihat agak berantakan dan kotor. Namun, ternyata hal ini tidak meningkatkan risiko penularan virus korona baru atau COVID-19. Dilansir dari Huff Post, pertanyaan ini sering muncul karena infografik dari Centers for Disease Control and Prevention menampilkan pedoman untuk rambut wajah secara sangat rinci.

Thomas Russo selaku dokter kepala departemen penyakit menular di State University of New York di Buffalo Medical School mengatakan, pedoman itu berlaku bagi para tenaga medis yang harus mengenakan masker N-95.

"Untuk penyedia layanan kesehatan, janggut menimbulkan masalah karena sulit mendapatkan masker N-95 yang bagus dan ketat," kata Russo.

"Tentu saja, janggut berbulu adalah masalah besar kecuali mereka dipangkas kembali, karena kalian tidak bisa menyegel wajah dengan baik dan membuatnya tidak efektif," lanjutnya

Meskipun masih banyak yang harus dipelajari tentang virus baru ini, diperkirakan sebagian besar virus ini ditularkan melalui tetesan pernapasan dari antarmanusia. Misalnya dengan batuk atau bersin di dekat mereka. 

Ilustrasi (Jacqueline macou dari Pixabay)

Russo menunjukkan jika kita cukup dekat untuk tertular virus dari seseorang, kemungkinan akan mendapatkannya dari jarak dekat, terlepas dari orang itu berjanggut atau tidak. "Aku bisa membayangkan mungkin janggut bisa mengumpulkan sedikit air ludah atau sesuatu," katanya.

Seseorang yang terinfeksi kemungkinan mereka berada dalam kontak yang sangat dekat dan menjadi risiko dari semua mekanisme lain. Tentu saja, ini tidak memperhitungkan kemungkinan cara lain virus dapat menyebar atau tidak. Meskipun bukti menunjukkan bahwa penularan melalui udara jarang terjadi.

John Swartzberg, profesor klinis emeritus di UC Berkeley School of Public Health yang mempelajari penyakit menular, juga ragu terkait janggut dan COVID-19 karena dinilai kurang adanya bukti ilmiah. Dia mengatakan meskipun "secara teoritis" virus korona mungkin dapat ditularkan dari orang lain melalui jenggot, tetapi Swartzberg mengira tidak ada bukti kuat terkait hal ini.

"Ada penelitian tentang janggut yang menunjukkan penurunan risiko bakteri dibandingkan area kulit lainnya yang dicukur pada pria," kata Swartzberg.

"Saya belum pernah melihat studi tentang virus, tetapi teori itu membuat lecet karena bercukur dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri," lanjutnya

Pedoman yang harus dilakukan saat pandemi adalah memprioritaskan kebersihan dan mencuci tangan dengan sabun. "Masuk akal dengan berasumsi tetesan bisa diproyeksikan oleh seseorang yang bersin atau batuk dan menempel ke janggut," kata Wilson.

“Menyentuh janggut atau wajahmu dengan tangan yang tidak dicuci akan menjadi masalah. Penting untuk berhati-hati dengan mencuci tangan dan mengurangi kontaminasi permukaan. Seperti yang mereka katakan jika kita pergi ke toko dan pulang ke rumah, tidak ada alasan untuk mandi," lanjutnya.

Tags : covid-19 fashion
Rekomendasi