Sementara sikapnya dianggap hoarding, yang merupakan kesulitan seseorang untuk berpisah atau membuang barang kepunyaan, tanpa peduli nilai barang tersebut.
Kebiasaan hoarding dianggap bermasalah, kalau jumlah barang yang enggan dibuang sudah mengganggu kehidupan sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup hoarder atau anggota keluarganya.
Hoarding seringkali berhubungan dengan depresi berat, masalah psikotik (seperti schizofrenia), dan obsessive compulsive disorder (OCD). Saat ini, hoarding bahkan digolongkan sebagai gangguan cemas (anxiety disorder) dan merupakan bagian dari gejala OCD.
Asal tahu saja, kebiasaan hoarding berbeda dengan kebiasaan mengoleksi barang. Bagi kolektor, barang koleksinya menjadi sumber kebanggaan sehingga akan disusun secara rapi. Kolektor mengalokasikan waktu dan dana untuk menambah koleksinya.
Sementara bagi hoarder, barang kepunyaannya sering kali mendatangkan rasa malu, tersimpan berantakan di seluruh rumah, dan dapat menyebabkan kesulitan finansial.
Beberapa cirinya yakni:
Menyimpan barang tak bernilai
Mereka sering menyimpan barang tidak bernilai seperti koran, majalah, kantung kertas dan plastik, boks karton, foto, peralatan rumah tangga, makanan, pakaian, dan lainnya.
Pada kasus tertentu, hoarder bisa memiliki banyak hewan peliharaan daripada yang mampu dirawat secara aman dan efektif.
Kesulitan mengorganisir barang
Bagi hoarder, barang kepunyaannya dianggap bernilai dan mungkin akan digunakan di kemudian hari. Oleh karena itu, hoarder kesulitan untuk memilah barang mana yang perlu disimpan dan dibuang.
Hoarder biasanya akan marah jika seseorang mencoba membuang dan merapikan barang-barangnya. Bahkan, hal sederhana seperti menyentuh atau memindahkan tumpukan barangnya, bisa membuat seorang hoarder marah.
Memiliki kualitas hidup yang buruk
Tumpukan barang-barang membuat rumah seorang hoarder menjadi tidak fungsional atau membuat orang menjadi tidak bebas begerak di dalam rumah.
Sering kali, barang yang menumpuk juga tidak dapat dibersihkan, sehingga menimbulkan higienitas rumah yang buruk. Tentunya, hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan.
Hoarder juga dapat mengeluarkan dana terus-menerus untuk membeli berbagai barang, sehingga bisa saja terlilit masalah keuangan.
Memiliki hubungan sosial yang buruk
Keluarga dan teman barangkali mau membantu seorang hoarder untuk membereskan barang-barangnya. Namun, efeknya, bisa menimbulkan masalah.
Lama-kelamaan, hoarder dapat memilih untuk mengisolasi diri dari lingkungannya, ketimbang menjalani konfik terkait barangnya. Di sisi lain, hoarder juga biasanya malu akan kondisi rumahnya, jadi enggan menerima kunjungan tamu.