Black Panther, Afrofuturisme dalam Laga Ciamik
Black Panther, Afrofuturisme dalam Laga Ciamik

Black Panther, Afrofuturisme dalam Laga Ciamik

By Riki Noviana | 18 Feb 2018 14:12
Jakarta, era.id - Film Black Panther resmi dirilis di Indonesia sejak Rabu (14/2/2108). Hingga kini, respon dan komentar positif terus bermunculan dari para pencinta film superhero sekuel terbaru Marvel tersebut.

Salah satu sineas Indonesia Joko Anwar mengatakan, Black Panther mampu membawa karakter kuat melalui aktornya dan penjelajahan dimensi yang sangat apik.

"Kemarin nonton Black Panther, udah lama nggak nonton film superhero dengan cerita yang dalem dan penting, dan karakter-karakter yang kuat dan punya dimensi. Tonton lah," cuit Joko, di akun Twitter-nya, Kamis (5/2/2018).

Joko Anwar juga memberikan pendapatnya mengenai karakter dan dimensi film tersebut dengan menyebutkan, ada bentuk representasi bahwa Black Panther sukses menyajikan definisi asing bagi mereka yang melihat adanya keunggulan kaum hitam di dalamnya. Fenomena tersebut dikenal dengan nama Afrofuturisme.

Black Panther adalah sebuah film yang menjelaskan bagaimana kondisi futuristik kaum kulit hitam dalam sebuah republik fiksi Afrika yang bernama Wakanda. Secara tidak sadar, Black Panther berhasil meredefinisi ulang kondisi modern yang tidak terlepas dari dominasi dan hegemoni definisi kaum kulit putih.

Ryan Colger sebagai sutradara film ini berhasil menyajikan 90 persen aktor dan aktris kulit hitam dan menjadikan Afrika sebagai tempat syuting utama. Ryan menceritakan sosok T'Challa (Chadwick Boseman) yang dipilih sebagai pemimpin negerinya, Wakanda, setelah kematian ayahnya, Raja T'Chaka di kantor PBB.

Tugas berat T'Challa sebagai pemimpin Wakanda dimulai saat musuh lamanya, Ulesses Klaue (Andy Serkis) berhasil mencuri benda purba Wakanda dari sebuah museum. Perjuangan T'Challa untuk merebut kembali benda tersebut tidaklah mudah, seorang pria misterius bernama Erik "Killmonger" Steven (Michael B. Jordan) berusaha menggagalkan aksinya dan beraliansi dengan Klaue.

Dalam perjalanannya, T'Challa harus mereformasi kerajaan yang diakibatkan sebuah peristiwa besar yang melibatkan ayahnya dengan Killmonger.

Mengenal Lebih Jauh Afrofuturisme

Definisi Afrofuturisme dapat dijelaskan sebagai sebuah perkembangan etika dan estetika budaya, filsafat ilmu pengetahuan yang menggabungkan nilai ilmiah, fantasi, sudut pandang afro dan menolak segala bentuk kosmologis budaya barat sebagai bentuk kritik proyeksi masa depan kaum kulit hitam.

Menurut Ytsha L.Womack dalam bukunya yang berjudul Afrofuturism (The World of Black Sci-fi and Fantasy Culture), Afrofutrisme berusaha mencakup elemen penting berbagai arus kebudayaan seperti avant-garde, fiksi ilmiah hip-hop terkini, komik dengan tema orang hitam sebagai bentuk hiburan dan pencerahan. Afrofuturisme berusaha untuk mendobrak batasan ras, etnis dan semua keterbatasan untuk memberdayakan dan membesarkan individu untuk menjadi apa yang mereka inginkan.

Hal tersebut dapat terlihat dari bagaimana sang sutradara menggambarkan secara jeli kondisi Wakanda yang direpresentasikan sebagai wilayah yang maju secara ilmiah dibandingkan negara sekitarnya dalam hal kemajuan teknologi. Wakanda juga dilihat sebagai wilayah yang mementingkan aspek kesehatan dan negara yang relijius.

Walaupun direpresentasikan sebagai wilayah maju, Wakanda juga tidak bisa lepas dari kultur tradisionalnya. Sebagai contoh, Wakanda adalah sebuah daerah monarki yang membutuhkan penuh statement raja. Pakaian dan nilai-nilai tradisinya juga masih kuat dan mengakar pada masyarakatnya.  Tetapi yang paling penting, Black Panther berhasil keluar dari identitas utama kaum kulit hitam yang sering di-framming oleh masyarakat internasional sebagai daerah dan masyarakat yang tertinggal dan menyedihkan.

Wakanda sukses diidentitaskan sebagai wilayah yang bebas dari kolonialisasi kulit putih. Ryan berhasil menggambarkan Wakanda sebagai wilayah futuristik yang mandiri dan terbebas dari dampak imperialisme kulit putih. Wacana-wacana tersebut dapat dilihat sebagai jalan baru bagi kehidupan manusia agar terbebas dari segala belenggu rasisme dan mampu bersikap objektif dalam melihat perbedaan. 

Cayla McNally, akademisi Lehigh University dalam penelitian berjudul Fighting for the Freedom of a Future Age: Afrofuturism and the Posthuman Body menjelaskan, Afrofuturisme berfungsi menenangkan dan menghadapi luka bakar sejarah dan kejahatan warisan yang dirasakan kaum kulit hitam. Melalui perspektif ini, Afrofuturisme harus dilihat sebagai usaha untuk membangun masa depan dengan penggambaran estetika, penulisan sejarah ulang dan berdamai dengan segala kejahatan kemanusiaan yang telah dialami oleh kaum kulit hitam.

Baca Juga: Tampil Kece Dengan Baju Koko Black Panther

Kehebohan Black Panther sepertinya tidak akan padam dalam waktu dekat. Rotten Tomatoes berhasil mendapatkan rating certified 98% dari para pengguna. Dengan rating sebesar itu, Black Panther berhasil mengalahkan berbagai film superhero lainnya seperti Wonder Woman (96%) dan Captain America: Civil War (90%). Tetapi hal yang lebih unik adalah Black Panther berhasil membawa salah satu genre langka ke ranah masyarakat, yaitu Afrofuturisme.

 

Rekomendasi
Tutup