Fanatisme Semu Suporter Sepak Bola

| 20 Feb 2018 07:34
Fanatisme Semu Suporter Sepak Bola
(Ilustrasi: Pixabay)
Jakarta, era.id - Penggemar atau suporter sepak bola sering disebut sebagai pemain ke-12 sebuah tim. Dukungan mereka di dalam stadion kerap kali membuat semangat tim berlipat ganda. Yel-yel dan sorak-sorai suporter sepanjang pertandingan menjadi multivitamin yang mampu menambah daya juang tim demi meraih hasil maksimal di atas lapangan. 

Tapi, suporter pulalah yang bisa menyebabkan kerugian sebuah tim. Fanatisme berlebihan yang ditunjukkan suporter tidak jarang membuat klub kesayangannya menerima hukuman dari federasi sepakbola terkait. Bisa berupa denda atau larangan bermain di kandang.

Di era 90-an, sepak bola Italia terkenal paling ekstrem dalam urusan suporter atau yang biasa disebut tifosi. Para pendukung fanatik di Negeri Spaghetti itu umumnya menyatukan diri dalam wadah ekslusif yang disebut Ultras. Ada kelompok Curva Fiesole yang mendukung Fiorentina, Curva Nord (Lazio), Ultras Inter, Lo Juventus Club dan lain-lain. 

Selama musim 1998-99 tercatat 900 orang terluka akibat kerusuhan sepak bola, 75 orang ditangkap dan sekitar 2.000 ultras teridentifikasi dan dilarang hadir di stadion. Tingginya angka kekerasan ini membuat Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kebudayaan, dan Kepolisian membentuk badan gabungan bernama Osservatorio Nazionale delle Manifestazioni Sportive yang bertugas menangani kekerasan suporter sepak bola. Tapi, mereka gagal total.

Menurut Sosiolog Universitas Negeri Malang, Abdul Kodir, fanatisme sepak bola seperti ini hampir ada pada setiap suporter. Secara sosial, lanjutnya, mungkin saja karena tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak pernah berpikir bagaimana menjadi suporter sepak bola yang baik. 

"Sebetulnya memang pendidikan suporter itu perlu. Artinya, suporter itu seperti sistem sel, bukan tunggal. Ketika dalam kerumunan, ada seorang memicu satu aksi, itu menyebabkan orang lain mengikuti tindakan. Ketika seseorang memancing atau memicu, maka yang lain akan ikut. Fanatisme itu semu," tandasnya.

Selain Italia, negara-negara lain juga memiliki suporter sepak bola yang tidak kalah militan. Era.id mencatat lima kelompok suporter yang mengakibatkan kerugian besar dalam sejarah sepak bola dunia. Berikut daftarnya:

1. Al-Masry (Mesir)

Pecahnya kerusuhan antara suporter Al-Masry dengan suporter musuh bebuyutannya, Al-Ahli pada 2012 memakan korban meninggal sebanyak 79 orang dan lebih dari 1000 orang luka-luka. Peristiwa ini membuat suporter Al-Masry dianggap sebagai  salah satu kelompok suporter terkejam di dunia.

2. Wisla Krakow (Polandia)

Kerusuhan yang terjadi antara fans Wisla dan Cracovia pada musim 2004-2005 mengakibatkan 8 orang korban meninggal dunia.

3. Universitario de Deportes (Peru)

Kerusuhan yang ditimbulkan fans Universitario de Deportes di laga derby kontra Allianza Lima pada 2011 menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Bukan hanya rusaknya sarana publik dan mobil pribadi tetapi juga meninggalnya salah satu fans musuh setelah dilempar ke dalam lapangan yang mengakibat cedera serius di bagian kepala. 

4. Galatasaray (Turki)

Tragedi di Istanbul, Turki pada 5 April 2000 menjadi salah satu peristiwa terkelam di dunia sepak bola ketika suporter Galatasaray menusuk dua fans Leeds United sebelum kedua tim bertemu di Piala UEFA (sekarang Liga Europa). Parahnya, saat pertandingan keesokan harinya, fans tuan rumah memasang banner-banner yang bertuliskan Welcome to Hell di beberapa titik tribun stadion Ali Sami Yen.

5. Red Star Belgrade (Serbia) 

Suporter tim yang satu ini cukup dikenal dengan tindak kekerasannya. Pada tahun 1990 sebanyak 3000 pendukung yang menyesaki stadion menyerang pendukung Kroasia secara brutal. 

 

Rekomendasi