Mungkin sebagian pembaca akan merasa heran, mengapa makam tentara Inggris sangat banyak sekali tersebar di belahan dunia? Rupanya pemerintah Inggris menginginkan para pejuang mereka yang gugur untuk disemayamkan di wilayah terakhir mereka bertugas. Hal ini tentu berbeda jika kita melirik ke Amerika yang menginginkan setiap tentara yang gugur untuk segera dipulangkan. Meski begitu, pemerintah Inggris tak lepas tangan dalam perawatan dan penjagaan makam-makam para pejuangnya. Terbukti, dengan kerapian dan keindahan setiap sisi makam yang berlokasi di Menteng Pulo, Jakarta Selatan.
Tampak udara komplek pemakaman tentara Inggris di Menteng Pulo, Jakarta Selatan (Sandi B/era.id)
Walau terlihat seperti makam khusus, namun siapa sangka ternyata makam para tentara Inggris ini terbuka untuk umum. Bila ingin berkunjung pun tak merepotkan, cukup dengan memencet bel yang terdapat di pintu gerbang maka para pegawai yang sedang berkerja akan mempersilakan masuk. Hal pertama yang akan kita rasakan yakni sambutan dari jejeran nisan hitam yang ditulis dengan bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa India hingga bahasa Burma. Keberadaan berbagai bahasa terjadi karena kala itu tentara Inggris dibantu oleh negara-negara yang menjadi jajahannya.
Salah satu yang menarik dalam nisan yakni logo-logo tiap kesatuan yang beragam. Mulai dari kesatuan angkatan laut, angkatan udara hingga tim kesehatan. Terlepas dari tentara yang sedang tertidur pulas, terdapat kepiluan bagi tentara yang tak teridententifikasi, tertulis pada nisan “A SoldMer of The 1939 – 1945 War : Known Unto God”. Tidak teridentifikasi jenazah para tentara, rupanya disebabkan oleh perpindahan makam-makam yang awalnya tersebar acak di berbagai daerah dan ketika dihimpun di satu wilayah seperti Menteng Pulo, ternyata tidak dapat teridentifikasi.
Makam tentara Inggris berjejer rapi dan tetap terawat di kawasan Menteng Pulo, Jakarta Selatan (Sandi B/era.id)
Di antara pusara pejuang kolonial yang bersemayam di sana, tersembunyi nisan hitam yang rasanya tak asing. Makam itu tertulis Aubertin Walter Sothern Mallaby atau lebih dikenal dengan Brigadir Jenderal Mallaby, gugur pada 30 Oktober 1945. Mallaby tewas dalam insiden Hotel Internatio, salah satu kejadian yang menyulut peristiwa 10 November 1945. Tak ada yang special pada tempat tidur terakhirnya, semua sama dengan para prajurit lain.