Melalui Musik, WR Supratman Pekikkan Kemerdekaan

| 09 Mar 2018 14:36
Melalui Musik, WR Supratman Pekikkan Kemerdekaan
Ilustrasi (Twitter: @FilmWage)
Jakarta, era.id - Membicarakan Hari Musik Nasional tidaklah lengkap tanpa menyebut nama WR Supratman. Melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2012, Hari Musik Nasional ditetapkan sebagai bentuk apresiasi terhadap Pahlawan Nasional yang lahir pada 9 Maret 1903 itu.

Wacana ini sebenarnya sudah pernah bergulir sejak pemerintahan BJ Habibie, namun pencanangannya baru dimulai pada era pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Diskusi panjang yang melibatkan Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik RI (PAPPRI) akhirnya menghasilkan keputusan itu pada 2012.

WR Supratman lahir di Purworejo, Jawa Tengah, dan menciptakan karya terbaiknya, lagu Indonesia Raya, di Bandung pada usia 21 tahun. Dia juga menciptakan karya sepanjang masa lainnya, lagu Ibu Kita Kartini dan lagu yang dianggap menyanjung dan mendukung Jepang, Matahari Terbit. Hindia Belanda pun menjebloskannya ke penjara Kalisosok, Surabaya. 

Tepat tujuh tahun sebelum Proklamasi dikumandangkan, pada 17 Agustus 1938, WR Supratman mengembuskan napas terakhirnya karena sakit. Hingga akhir hayatnya, ia tidak pernah mengetahui lagu ciptaannya dijadikan lagu kebangsaan negeri ini. 

Selain menciptakan lagu-lagu nasional, komponis besar Indonesia ini juga pernah tergabung di grup musik beraliran jazz bernama Black and White Jazz Band yang dibentuk bersama kakak iparnya Willem Van Eldik di Makassar pada 1920. Band ini dipercaya sebagai cikal bakal musik jazz di Indonesia.

Nama Black and White Jazz Band dipilih sebagai upaya merepresentasikan hubungan baik antara kulit putih (Belanda) dan sawo matang (Indonesia). Kelihaian bermain biola WR Supratman menjadi bumbu penyedap band ini hingga mengantongi jadwal manggung yang cukup padat. Empat tahun berkiprah di belantika musik Indonesia, Black and White menggelar konser tunggal pertamanya di Makassar.

Semangat juang WR Supratman juga membuatnya beralih profesi menjadi wartawan yang kerap kali berkecimpung dalam kongres-kongres nasional. Sebagai Pahlawan Nasional, dia berjuang melawan penjajah dengan karya-karyanya. Lewat musik, dia bergerak, memekikkan kemerdekaan hingga mengoyak gendang telinga para penjajah.