Di tangan Kurnaen, kuntilanak adalah sebuah candaan. Menggandeng Tien Rostini dan Eddy Sud sebagai pemeran utama, Kurnaen berhasil mengemas film bertema horor ini menjadi tontonan penuh kelucuan.
Film ini menceritakan kisah Tuty (Tien) yang memiliki suara ketawa mirip kuntilanak. Ketawa Tuty itu kemudian memancing isu keberadaan kuntilanak di sebuah kampung.
Pencitraan kuntilanak sebagai objek komedi pun berlanjut dalam film-film nasional bertema sama pada era-era selanjutnya. Di era keemasan Suzzanna, ratu horor itu berhasil mencitrakan kuntilanak sebagai sosok yang cukup humoris.
Dengan pengabdian totalnya pada dunia film horor, Suzzanna berhasil menampilkan sosok kuntilanak dalam citra lebih beragam. Terkadang kocak, usil, menggoda, hingga yang memang sangat menyeramkan dan penuh dendam.
Dalam film Telaga Angker rilisan tahun 1983 misalnya. Suzzanna berhasil memerankan sosok kuntilanak dengan paket lengkap. Di satu adegan, Anita, sosok kuntilanak yang diperankan Suzzanna dapat berperilaku sangat usil. Di adegan lainnya, Suzzanna dapat memunculkan sifat bengis khas setan yang penuh dendam di dalam diri Anita.
Soal penampilan, film-film Suzzanna jadi citra paling kuat dalam penggambaran sosok hantu legendaris nan mashyur se-Nusantara itu. Sejak Suzzanna, kuntilanak di kepala kita adalah sosok berjubah putih dengan rambut panjang megar enggak disisir plus make up putih dengan lingkar hitam di sekitar mata.
Selain kuntilanak, Suzzana sebenarnya juga kerap memerankan jenis hantu lain khas mitologi Indonesia, mulai dari sundel bolong, Nyi Roro Kidul, hingga berbagai macam siluman, dari yang berkepala ular, berbadan harimau, hingga yang berbulu domba.
Selepas Suzzanna, representasi tampilan kuntilanak enggak banyak jauh berubah. Kebanyakan tetap berbaju putih, berambut panjang dan berwajah pucat. Perubahan representasi tampilan kuntilanak pertama dilakukan oleh Rizal Mantovani dalam film Kuntilanak I (2006).
Dalam film yang menampilkan Julie Estelle dan Evan Sanders itu, Rizal menggambarkan kuntilanak sebagai makhluk tinggi berambut putih panjang berkaki kuda.
Enggak cuma tampilannya, Rizal juga mengangkat jalan cerita yang bisa dibilang beda dari yang lain. Kalau biasanya kuntilanak digambarkan sebagai perwujudan perempuan yang mati dalam dendam, di filmnya, Rizal memunculkan kuntilanak sebagai makhluk mitologi perantara pesugihan.
Selain Kuntilanak, judul lain yang merepresentasikan wujud kuntilanak dalam bentuk berbeda adalah Terowongan Casablanca (2007) garapan Nanang Istiabudi yang mengangkat mitos kuntilanak merah penghuni terowongan dalam plotnya.
Kuntilanak dan film
Catatan di atas menggambarkan betapa kuntilanak amat camera face. Begitu asyik untuk diangkat ke dalam layar. Dan ingat, kami enggak pernah asal sebut.
Terbukti, kok. Berdasar data yang berhasil dikumpulkan tim riset era.id, ditemukan fakta bahwa kuntilanak adalah sosok hantu yang paling populer, meski masih kalah dari pocong.
Katalog filmindonesia.or.id mencatat, ada 21 film yang mengangkat kuntilanak ke dalam judulnya. Di bawah pocong yang diangkat sebagai tajuk dalam 33 film.
Di bawah keduanya, karakter hantu lain yang juga kerap diangkat menjadi judul film adalah tuyul dengan lima judul dan sundel bolong dengan empat judul.