Sebelum laga, gelandang Roma Maxime Gonalons mengatakan, I Giallorossi tidak datang ke Catalunya dengan status sebagai turis. Nyatanya, mereka seperti peserta study tour atau pemenang kuis yang dihadiahi kunjungan ke stadion Camp Nou. Setelah itu, pulang lagi. Ya, mereka masih kalah kelas dari Los Blaugrana.
Bukan bermaksud meremehkan I Giallorossi. Menyandang status sebagai tim yang tidak diunggulkan di babak ini seharusnya bisa membuat mereka bermain tanpa beban. Sialnya, ketika drawing babak perempat final dilakukan, mereka justru bertemu salah satu tim terkuat di planet bumi, Barcelona.
Rencana menggelar final tim underdog bersama Sevilla hampir pasti gagal setelah kemarin tim asuhan Vincenzo Montella juga bertekuk lutut dari Bayern Munchen. Eh, itu kan cuma candaan antara pelatih Roma Eusebio Di Francesco dengan Montella yang pernah sama-sama bermain untuk Roma.
Barcelona Vs Roma (Twitter: @ChampionsLeague)
Kembali ke pertandingan. Meski di leg kedua pekan depan giliran Roma yang menjadi tuan rumah, membalikan keadaan dengan mencetak tiga gol tanpa balas ke gawang Marc-Andre ter Stegen bagaikan mimpi di siang bolong. Tapi, sepak bola bukan matematika. Semua hal masih bisa terjadi, selama Di Francesco bisa meracik menu terbaik untuk mematikan strategi yang diusung pelatih Ernesto Valverde.
Tapi, jika Roma mau realistis. Tidak kalah di Olimpico saja sudah lebih dari cukup. Menjaga kesucian 'altar pemujaan' para Romanisti jauh lebih terhormat ketimbang berusaha mengejar defisit gol tapi kenyataannya malah kebobolan lebih banyak. Ingat, bermainlah dengan penuh kebanggaan dan jangan nodai ibukota dengan kekalahan.
Dalam laga semalam. Gol Barcelona dicetak melalui gol bunuh diri dua pemain Roma: Daniele De Rossi dan Kostas Manolas pada menit ke-38 dan 55, plus masing-masing gol dari Gerard Pique (59') dan Luis Suarez (87'). Sedangkan gol hiburan Roma disumbangkan pemain Bosnia Edin Dzeko (80').
Baca Juga: Roma ke Barcelona Bukan Sebagai Turis
Barcelona Vs Roma (Twitter: @ChampionsLeague)
