Area Abu-Abu Plagiarisme di Dunia Musik
Area Abu-Abu Plagiarisme di Dunia Musik

Area Abu-Abu Plagiarisme di Dunia Musik

By Riki Noviana | 21 Jul 2018 14:30
Jakarta, era.id - Isu plagiarisme kembali muncul ke permukaan setelah beberapa hari lalu penyanyi Anji mengatakan di akun Instagram-nya, lagu boyband K-Pop EXO yang bertajuk Someone Like You mirip dengan lagunya, Kekasih Terhebat. Dilihat dari tahun perilisan, lagu Anji jauh lebih dulu beredar.

Kemiripan sebuah lagu bisa terjadi karena tidak disengaja atau malah disengaja. Tidak disengaja, karena si pembuat lagu kurang referensi atau sama sekali tidak mendengarkan lagu lain saat proses penggarapan lagu miliknya. Jika kemudian dianggap mirip, itu tidak sepenuhnya kesalahan si pembuat lagu. 

Disengaja, karena si pembuat lagu bangga jika lagu yang dibuatnya sama dengan lagu idolanya. Alasan lainnya, si pembuat lagu terlalu sering mendengarkan atau bahkan membawakan lagu-lagu idolanya sehingga tidak bisa melepas pengaruh dari pikiran dan jiwanya. Akibatnya, begitu membuat lagu, hanya notasi lagu milik idolanya lah yang keluar. Ini bisa dibilang, mati ide.

Saya jadi teringat obrolan dengan drummer Konspirasi, Marcell Siahaan tahun 2011 silam. Ketika menghadiri acara hearing session dari single perdana album Teori Konspirasi yang bertajuk Lelaki, seketika saya menganggap lagu tersebut bernuansa Alice In Chains.

Bertanyalah saya kepada pria yang juga berprofesi sebagai penyanyi solo itu; "Kenapa lagu ini seperti Alice In Chains? Apa Konspirasi terlalu sering mendengarkan Layne Staley dkk selama pembuatan lagu ini?" Marcell tersenyum dan menjawab dengan santai.

"Kelemahan manusia pasti akan begitu. Saat mereka menciptakan lagu, ada beberapa cara yang konservatif. Misalnya gue pengin bikin band grunge nih, yang gue dengerin ya band grunge. Jadi akhirnya orang akan menilai musik kami mirip ini atau itu yang akhirnya dicap plagiat. Dan gue sadar banget, akhirnya gue enggak mendengarkan lagu apapun selama menggarap lagu ini," kata Marcell saat itu.

"Dengerin sih...tapi, ya udah.. gitu saja. Karena kalau kami dengerin lagu yang itu itu terus, jadinya lain. Misalnya kami jadi bikin 'Alice In Chains Indonesia', yang celakanya kami bisa-bisanya bangga dengan sebutan itu," tukasnya.

Marcell dkk memang menyukai Alice In Chains, dan lagu-lagu milik salah satu dedengkot grunge ini sudah melekat erat dalam otak dan jiwa seluruh personel Konspirasi. Meski saat menggarap lagu Lelaki tidak mendengarkan lagu Alice In Chains dengan intensitas tinggi, tapi yang keluar dari kepala para personel Konspirasi adalah apa yang sudah mengendap dalam jiwa mereka. Intinya, ini sebuah ketidaksengajaan.

Lagi pula, jika mengacu kepada pernyataan pengamat musik senior Indonesia, Denny MR, mengambil nuansa lagu seseorang tidak termasuk plagiarisme. "Masalah plagiarisme musik di Indonesia menjadi krusial karena bukan masalah eksak. Dan musisi yang bisa mendapatkan nuansa lagu dari karya musik orang lain itu tidak masuk kategori masuk ke ranah karya cipta orang lain," urainya kepada era.id.

Ilustrasi not balok (Pixabay)

Empat tahun kemudian, saya berkesempatan mewawancarai Donny Fattah, legenda musik Indonesia yang juga bassis band lawas God Bless. Donny baru merilis album dari proyek solonya --Donny Fattah Project-- bertajuk Hitam Putih. Sebelum melakukan wawancara, saya pasti mendengarkan album/lagu calon narasumber berkali-kali. Dari depan ke belakang, dari belakang ke depan. Saya bolak-balik sampai nempel.

Tapi khusus album ini, saya tidak perlu mengulangnya berkali-kali. Begitu pemutar cakram padat saya jatuh pada trek berjudul Gaza, saya seperti mendengarkan lagu Home milik Dream Theater yang bersemayam dalam album Metropolis Pt. 2: Scenes from a Memory (1999). Perbedaanya cuma pada departemen lirik dan perubahan part drum menjadi kendang. Sangat mirip!

Ketika bertemu Donny di sebuah cafe yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan saya langsung menanyakan perihal lagu Gaza. Tanpa menghakimi dan tetap menunjukan rasa hormat, saya mengungkapkan kesan ketika pertama kali mendengar lagu tersebut. Apa jawaban Donny?

"Saya tidak mendengarkan bahkan tidak tahu lagu-lagu Dream Theater. Dan saya sudah ada dan aktif di dunia musik jauh sebelum Dream Theater terbentuk. Dari dulu, warna musik saya sudah (progresif) seperti ini," urai bassis yang juga mengaku pernah berkunjung ke kediaman Geddy Lee (Rush) dan Billy Sheehan (Mr. Big) saat bekerja sebagai staf Konsulat Jenderal RI di Amerika Serikat.

Tapi saya tidak memperpanjang pembahasan lagu Gaza. Bagaimanapun, rasa sungkan saya terhadap Donny Fattah jauh lebih tinggi ketimbang rasa penasaran saya terhadap lagu itu. Apalagi, saya juga kenal baik putra Donny, Iman Fattah, gitaris Zeek and the Popo dan Raksasa. Apapun jawaban Donny, harus tetap saya hargai.

Lalu, apakah Donny termasuk melakukan tindakan plagiarisme? Hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Tapi, andai musisi Indonesia mau bercermin kepada Dream Theater, band yang--katakanlah--ditiru Donny. Mungkin pendengar tidak akan bereaksi negatif. Meski terang-terangan mengaku ingin membuat lagu seperti Metallica, James LaBrie dkk tidak benar-benar meniru idolanya. 

Di album Train of Thought (2003), Dream Theater menyemburkan barisan komposisi distorsif yang hard dan heavy, bernuansa Metallica tanpa menjiplak satu pun lagu-lagu milik sesepuh heavy metal dunia itu. Meski nuansa beat dan riff dalam lagu As I Am sekilas mirip Enter Sandman, saya rasa itu bukan dosa besar. Sejauh ini, para penggawa Metallica tidak pernah mempermasalahkannya. 

Atau, kita belajar kepada Kurt Cobain. Frontman Nirvana ini mengaku memuja The Melvins dan The Beatles, tapi tak satu pun lagu karya dia yang mirip dengan lagu-lagu milik kedua idolanya. Lebih jauh, Cobain bahkan menjelma menjadi musisi revolusioner yang mampu mengubah industri musik era awal 90an dengan segala kesederhanaan dan sound gitar 'kotornya'. Tanpa harus menjiplak, Nirvana besar seketika.

Untuk kasus yang satu ini, saya rasa KRAS--band metal berbasis di selatan Jakarta yang telah merilis dua album mini--mengambil contoh dari kedua band tadi. Beberapa pekan lalu, mereka mengirimkan sampel dari single terbaru untuk album penuh perdananya yang akan dirilis dalam waktu dekat. Menurut pengakuan para personelnya, saya adalah orang pertama di luar band dan jajaran manajemen yang diberi bocoran lagu anyar ini. 

Hanya beberapa detik setelah saya putar, lagu yang belum bisa saya beri tahu judulnya ini, menerbangkan pikiran saya ke album Kill Em All-nya Metallica dan Bonded by Blood milik Exodus. Nuansa, hook dan riff gitar di sekujur lagu ini terpengaruh kuat oleh dua album milik dedengkot metal dunia itu. Tapi, tidak satu part pun yang saya anggap jiplakan. 

Lalu bagaimana dengan lagu-lagu seperti Lo Toe Ye (/rif) yang mirip Breaking The Law (Judas Priest), Makhluk Tuhan Paling Seksi (Mulan Jameela) yang mirip Time Is Running Out (Muse), Bimbim Jangan Menangis (Slank) yang serupa dengan Fool to Cry-nya Rolling Stones dan lagu-lagu lainnya? Apakah termasuk tindakan plagiarisme? Silakan nilai sendiri.

Daftar lagu Indonesia yang mirip lagu band luar negeri (Ira/era.id)

 

Rekomendasi
Tutup