Sakitnya Juve <i>Di-PHP-in</i> Madrid
Sakitnya Juve <i>Di-PHP-in</i> Madrid

Sakitnya Juve Di-PHP-in Madrid

By Riki Noviana | 12 Apr 2018 10:24
Jakarta, era.id - Dunia sepak bola gempar, ketika dalam waktu 61 menit, Juventus mampu mencetak tiga gol ke gawang Real Madrid di leg kedua babak perempat final Liga Champions, Rabu (11/4/2018) malam. Juventini dan sebagian khalayak sepak bola Italia mulai bermimpi, Bianconeri bisa mengulang kesuksesan Roma, yang comeback sekaligus mendepak Barcelona sehari sebelumnya. Tapi, mimpi itu terkoyak. Di menit-menit akhir, sebuah drama terjadi.

Benar sekali. Kami lebih suka menggunakan kata 'drama' ketimbang kata 'perampokan', seperti yang dikumandangkan para Juventini di jagad dunia maya. Mereka lupa, dalam sepak bola ada istilah mental juara. Dan Real Madrid memiliki label itu di kompetisi Eropa. Jumlah 12 gelar Liga Champions adalah buktinya.

Ketika para penonton juga hanya mengutuk wasit Michael Oliver, itu tidak akan mengubah hasil akhir. Gol penalti megabintang Cristiano Ronaldo di masa injury time menjadi pembeda. Ya, Los Blancos lolos ke semifinal dengan agregat kemenangan 4-3. Meski sedikit ternoda dengan kekalahan 1-3 di kandang sendiri, Ronaldo dkk terlanjur mengincar gelar Liga Champions ke-13 atau ketiga beruntun buat pelatih Zinedine Zidane.

Tapi, opini terlanjur terbelah. Wajar sih, setiap pemain dan suporter sebuah tim pasti membela tim kesayangannya. Tapi, jika dilihat dari tayangan ulang televisi, Medhi Benatia jelas sekali melakukan pelanggaran terhadap Lucas Vasquez. Bek Bianconeri itu menyentuh Vasquez dari belakang yang diikuti gerakan kaki yang menyelip di antara lengan dan badan penyerang Madrid yang hendak menahan bola dengan dadanya. Vasquez pun terjatuh, dan Oliver menunjuk titik putih.

Salahkah Oliver? Sepertinya tidak. Tapi, mengambil keputusan krusial di saat yang juga krusial membutuhkan keberanian tinggi. Penalti ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun menghadiahi Gianluigi Buffon kartu merah-- yang melayangkan protes berlebihan--lagi-lagi membutuhkan nyali setingkat dewa. Juventini patut menyayangkan keputusan ini. Namun Madridista pun pantas mempertanyakan protes yang dilakukan para pemain Juventus. 

Kami rasa, siapapun wasitnya, akan melakukan hal yang sama. Ini sepak bola, semua bisa terjadi. Penuh drama dan kontroversi. Sisi manusiawi yang tidak bisa dihilangkan. Itulah mengapa, penggunakan VAR (Video Assistant Referee) dalam sepak bola diprotes banyak pihak. Penggunaan kamera sebagai pembantu pengambil keputusan wasit sama saja dengan membunuh sifat-sifat alamiah manusia.

Terlepas dari segala drama yang terjadi dalam pertandingan ini, kita harus angkat topi kepada Juventus. Mereka berhasil membungkam keriuhan Santiago Bernabeu melalui dua gol Mario Mandzukic (2', 37') dan Blaise Matuidi (61'). Mereka telah mempraktekan sepak bola indah dan bermain tanpa lelah. Mereka nyaris membuat Los Blancos merana layaknya pasukan Los Blaugarana. Meski akhirnya, Bianconeri hanya di-PHP-in Ronaldo dkk.

Ilustrasi (Yuswandi/era.id)

Rekomendasi
Tutup