Rachun Ajak Pendengar Berdialog Kritis Lewat Makanan

| 06 May 2018 09:26
Rachun Ajak Pendengar Berdialog Kritis Lewat <i>Makanan</i>
Rachun (foto: Istimewa)
Jakarta, era.id - Band rock asal Gang Potlot, Kalibata, Jakarta Selatan, Rachun merilis single terbaru berjudul Makanan dalam format kaset sejak 21 April 2018, bertepatan dengan Record Store Day Chapter Jakarta yang diselenggarakan di Pasar Santa dan Kuningan City.

Inspirasi lagu ini datang sebuah kicauan penulis Arman Dhani di akun Twitter-nya yang berbunyi:

"Makanan di warung anda kami sita, karena kami berpuasa. Kamu mesti pake jilbab, biar kami ga merkosa. Ini umat apaan imannya lemah amat."

Kesepahaman Rachun terhadap isu ini didasari pengalaman pribadi mereka, yang sedikit banyak juga merupakan pengalaman kolektif sebagian besar masyarakat Indonesia. Ketiga personel band ini; Firas (bass), Yudhis (gitar), dan Ode (drum) pertama kali bertemu sebagai siswa SMP di sebuah sekolah Katolik pada 2007.

"Pengalaman yang kami jalani di sekolah ini memupuk nilai keberagaman dan toleransi yang kental dalam karya Rachun dari tahun ke tahun. Ketika melihat ke belakang pada masa-masa sekolah, kami mengingat jelas, meskipun berada di bawah sistem pendidikan Katolik, siswa-siswa muslim di sekolah tersebut tetap berkomitmen untuk menjalankan ibadah puasa. Dan di saat yang sama, siswa beragama Katolik turut menghargai proses ibadah yang dijalankan kawan-kawan muslimnya," kata Yudhis, kepada era.id, Sabtu (5/5/2018).

Rachun meyakini, toleransi merupakan proses resiprokal yang diawali dari kemampuan kelompok-kelompok dengan latar belakang agama dan budaya yang berbeda untuk saling menghargai satu sama lain. Toleransi bukan merupakan hasil memaksakan oleh satu pihak yang lebih berkuasa terhadap yang lain, melainkan hasil dari kesadaran akan pentingnya hidup harmonis sebagai anggota masyarakat. Bagi Rachun, hak seseorang untuk beribadah tidak seharusnya membatasi hak orang lain untuk menjalankan kesehariannya.

"Melalui Makanan, kami juga bertujuan membangun kesadaran akan maraknya kasus pemerkosaan dan pelecehan terhadap perempuan. Banyak yang menganggap kejahatan tersebut dapat dimaklumi apabila korbannya mengenakan pakaian yang terbuka, atau dengan kata lain mengumbar aurat. Ini pandangan yang sepenuhnya ditolak oleh Rachun," sambung Firas.

Pada akhirnya, Makanan adalah medium bagi Rachun untuk membuka dialog kritis dengan para pendengarnya. Pesan kunci dari lagu ini adalah tanggung jawab untuk menghindari terjadinya sebuah tindak kejahatan; pemerkosaan dan pelecehan terhadap perempuan, dan pelanggaran terhadap ibadah keagamaan--yaitu puasa--ada di tangan masing-masing individu.

Manusia memiliki kehendak untuk mengatur dirinya sendiri dan nilai-nilai moral untuk memilih jalan kebaikan tanpa perlu mengambinghitamkan orang lain atas kesalahannya sendiri.

"Dengan dirilisnya Makanan menjelang kedatangan bulan puasa, kami berharap lagu ini bisa

menjadi pengingat sekaligus teguran atas peristiwa-peristiwa tidak menyenangkan seperti

yang diangkat pada lagu agar tidak terulang kembali di Ramadhan tahun ini," Ode mengakhiri.

Tags : album musik
Rekomendasi