ERA.id - Karumkit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Brigjen Hariyanto mengakui cukup sulit mengidentifikasi para korban meninggal dunia kasus kebakaran di Depo Pertamina Plumpang, Koja Jakarta Utara (Jakut).
Identifikasi cukup sulit dilakukan karena keluarga korban tidak lengkap memberi informasi. Selain itu, juga karena kondisi jasad yang sudah berubah.
"Ya misalnya begini ya, apa yang dilihat dari tanda-tanda fisiknya. 'Oh iya Pak kami melihat ada tahi lalat di dagu atau diapa'. Tapi dengan adanya kebakaran ini, (tahi lalat di) dagu sudah tidak ada lagi. Kemudian bekas operasi, saat ada kejadian kebakaran ini, di tempat itu sudah tidak terlihat lagi," kata Hariyanto kepada wartawan di RS Polri Kramat Jati, Jaktim, Senin (6/3/2023).
Hariyanto menerangkan proses identifikasi tak mungkin lagi dilakukan dengan sidik jari. Identifikasi ke para korban dilakukan dengan pemeriksaan gigi, rekam medis, properti, dan DNA.
"Jadi DNA sekarang masih proses, doakan dalam beberapa hari ke depan akan selesai. Kemudian hari ini kita fokus pada mengidentifikasi kembali dari gigi, kemudian medis, dan properti," ucapnya.
Diketahui, RS Polri Kramat Jati menerima 15 body dan satu body part korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang. Sebanyak tiga korban telah teridentifikasi, yakni atas nama Fakhrul Hidayatullah, Muhamad Bukhori, dan Iriana.
Plh Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, M. Ridwan menjelaskan ada 204 warga yang mengungsi akibat kebakaran di Depo Pertamina Plumpang. Rinciannya, ada 193 jiwa mengungsi ke Kantor PMI Jakarta Utara dan sebanyak 11 orang mengungsi ke RPTRA Rasella.
BPBD DKI Jakarta juga mencatat ada 18 korban meninggal dunia dari kejadian ini.
"Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, hingga pukul 12.00 WIB, korban meninggal berjumlah 18 jiwa. Sedangkan, 38 jiwa sedang dalam penanganan tim medis di 9 rumah sakit," kata Ridwan dalam keterangannya hari ini.