Ibu dan Anak di Depok Tewas Bunuh Diri dengan Mengurung di Kamar, Apsifor Ungkap Kepribadian Korban

| 06 Oct 2023 20:36
Ibu dan Anak di Depok Tewas Bunuh Diri dengan Mengurung di Kamar, Apsifor Ungkap Kepribadian Korban
Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor), Nathanael E.J Sumampouw bersama jajaran Polda Metro Jaya merilis kasus ibu dan anak yang tewas di Depok. (Sachril/ERA)

ERA.id - Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor), Nathanael E.J Sumampouw menerangkan pihaknya mencoba menelusuri kepribadian ibu dan anak, Grace Arijani Harahapan (64) dan David Ariyanto Wibowo (38) yang bunuh diri dengan cara mengurung diri di dalam rumahnya di kawasan Cinere, Kota Depok.

Nathanael menjelaskan ibu dan anak ini tinggal di rumah tersebut sejak 1987. Grace merupakan seorang ibu rumah tangga, sementara David hanya lulusan SMA dan tidak memiliki pekerjaan.

Terjadi perubahan sikap atau hubungan di dalam keluarga usai sang suami atau ayah meninggal pada 2011 lalu. Hasil penelusuran, Grace terindikasi memiliki kepribadian yang paranoid.

"Jadi penuh kecurigaan, ada penuh kecemasan, sulit relasi dengan lingkungan sosialnya, dengan orang lain. Bahkan ada ide-ide atau keyakinan yang salah yang dimilikinya atau kita sebut dengan irasional. Kondisi ini diperburuk pasca suaminya meninggal," kata Nathanael saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (6/10/2023).

Apsifor juga menemukan indikasi jika Grace tidak bisa mengelola keuangan keluarga dan memiliki duka yang berkepanjangan. Korban juga tidak bisa memilah mana yang penting dan tidak, kurang merawat diri, dan sindrom negatif.

"Sehingga ada indikasi yang kuat perilaku hording atau gangguan penimbunan pada yang bersangkutan. Jadi secara umum kami menemukan ada kondisi psikologis terkait dengan depresi," ujarnya.

Untuk David, Apsifor mengindikasi korban ini mengalami skizoid, yakni tertutup, menyendiri, memiliki kecemasan sosial, dan/atau kesepian. Sang anak juga diduga kuat mengalami depresi. Namun David menyadari dirinya dan ibunya memiliki masalah mental.

"Dan kemudian ditemukan adanya pandangan skeptik terhadap kehidupan, yang mengarahkan pada, kami menemukan adanya indikasi ide terkait dengan bunuh diri pada saudara ini," ucapnya.

David banyak menghabiskan waktu di dunia digital, hampir 24 jam dalam sehari. Film-film dan lagu yang didengar korban banyak yang bernuansa depresi atau mengarahkan pada kematian.

Ibu dan anak ini kurang berinteraksi. Meski begitu, David patuh terhadap ibunya. Terkait bagaimana keluarga ini bunuh diri dengan mengurung diri, diduga dari hasil pemikiran David yang memiliki banyak minat terhadap Jepang.

"Bahwa cara ini, juga dari laporan penelitian banyak ditemukan di konteks masyarakat jepang. Di mana kami temukan bahwa anak memiliki minat yang dalam terhadap Jepang, dari buku-buku bacaannya, komiknya, tontonannya, lagu-lagunya, dan sebagainya, jadi itu yang dapat kami temukan," ucapnya.

"Dan pada anaknya yang awalnya memiliki ide tersebut, dia juga mempersiapkan langkah-langkahnya, setting pada ruang sempit (di) bathroom, empty room. Itu yang kemudian pilihannya menjadikan kamar mandi rumah sebagai TKP, kalau melihat secara psikologis," tambahnya.

Rekomendasi