Kronologi Bayi 1,5Kg Meninggal Dunia di Klinik Tasikmalaya, Tidak Dapat Pelayanan Maksimal hingga Dijadikan Konten

| 21 Nov 2023 13:30
Kronologi Bayi 1,5Kg Meninggal Dunia di Klinik Tasikmalaya, Tidak Dapat Pelayanan Maksimal hingga Dijadikan Konten
Bayi 1,5kg meninggal dunia di Tasikmalaya (Dok: Freepik/rawpixel.com)

ERA.id - Media sosial dihebohkan dengan kematian seorang bayi yang baru dilahirkan diduga akibat melakukan sesi foto. Kejadian ini terjadi di Klinik Alifa, Bantarsari, Kecamatan Bungursari Tasikmalaya.

Lewat akun Instagram @nadiaanastasyasilvera, wanita itu mengaku sebagai kakak dari keluarga bayi yang meninggal tak lama setelah dilahirkan. Kejadian ini terjadi pada 13 November 2023 di Klinik Alifa, Tasikmalaya. Saat itu NA yang merupakan ibu dari bayi yang meninggal itu merasa kesakitan dan ingin melahirkan di usia kandungan 36 minggu.

"Usia kehamilan istri saya tepat 36 minggu atau 9 bulan. Istri saya sudah sering kontrol (check up) ke klinik tersebut di tangani oleh Bidan Dwi dan bidan pun menyatakan bahwa kondisi kehamilan istri saya dalam kedaan normal dan baik-baik saja," kata Erlangga Surya Pamungkas dalam pernyataannya yang dibagikan akun @nadiaanastasyasilvera.

Kemudian, di hari yang sama istri Erlangga pada sore harinya kembali ke Klinik Alifa lantaran mengeluh sakit karena pembukaan. Tetapi bidan di klinik tersebut meminta agar istri Erlangga pulang karena masih tahap pembukaan dua.

Dalam keterangan Erlangga, istrinya disebutkan sudah dalam kondisi sangat lemas. Erlangga lantas kembali membawa istrinya ke klinik pada malam hari karena diduga akan segera melahirkan.

"Lalu pukul 20:00 WIB saya bawa kembali istri saya ke klinik karena kondisi istri saya sudah tidak bisa lagi menahan sakit perutnya. Di klinik pun istri saya tidak dilayani dengan baik oleh bidan jaga. Bidan tersebut malah terus main handphone, tidak memperdulikan istri saya yang sudah sangat kesakitan, dan bidan itu pun bilang akan diperiksa pukul 24:00 WIB," jelasnya.

Lalu, kata Erlangga, sekitar pukul 21:30 istrinya pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil, namun saat itu istri Erlangga mengeluarkan banyak darah disertai ketuban yang diduga pecah. Ia pun menghampiri bidan dan menjelaskan kondisi istrinya.

Namun bidan yang bertugas kembali menegaskan bahwa istri Erlangga belum akan melahirkan karena masih pembukaan dua. Dengan penolakan itu, Erlangga berusaha untuk menguatkan istrinya dengan membawanya kembali ke ruang bersalin.

"Bidan tersebut masih tetap tidak memperdulikan istri saya dan terus saja bilang belum waktunya melahirkan dan akan kembali dicek pada pukul 24:00 WIB. Tanpa memberikan edukasi dan pelayanan yang baik kepada ibu hamil, bagaimana agar proses persalinan lancar, masih tetap sibuk dengan handphonenya. Istri saya terus-terusan nangis kesakitan, barulah ditindak dan dilihat keadaannya," katanya.

Belum sampai pukul 24:00 seperti yang dijanjikan bidan, istri Erlangga sudah lebih dulu melahirkan tepat pukul 22:00 WIB. Dengan kondisi yang lemas dan kesakitan, Erlangga menyebut istrinya justru dijadikan konten oleh Klinik Alifa dengan sejumlah bidan yang masih sibuk dengan ponsel masing-masing.

Bahkan, kata Erlangga, bidan di klinik tersebut menjadikan istrinya sebagai praktek ke mahasiswa yang turut serta menyaksikan proses persalinan tersebut.

"Saat proses melahirkan bidan tidak berhenti main handphone dan yang lebih parahnya bidan jaga tersebut malah menjadikan istri saya bahan praktek kepada mahasiswa yang sedang praktek di klinik tersebut. Bidan jaga menunjukkan hal-hal yang berkaitan dengan mata kuliah kebidanan kepada mahasiswa praktek," imbuhnya.

Kemudian saat bayi baru dilahirkan, Erlangga beserta keluarga tidak mendapat informasi lengkap terkait tinggi badan, jenis kelamin, hingga dilarang masuk ke ruang bersalin. Namun saat itu bidan mengatakan berat badan anak Erlangga 1,7kg.

Selain itu, istri Erlangga juga diminta untuk membersihkan badannya sendiri ke kamar mandi selepas melahirkan. Masih dalam kondisi yang lemas, istri Erlangga terpaksa bangun dari tempat tidur untuk menuju kamar mandi. Tetapi tidak ada satu bidan pun yang membantu ke kamar mandi. Kakak Erlangga, Nadia pun akhirnya turun tangan untuk membantu.

"Kakak saya meminta bantuan bidan untuk memapah, tapi bidan tidak memperdulikan sama sekali. Kakak saya yang memapah istri saya ke kamar mandi yang membersihkan darah istri saya di kamar mandi. Istri saya dibiarkan tidak dirawat dengan baik pasca melahirkan, masih banyak sisa darah di badan istri saya, di punggung, di perut, di kaki, semuanya, sama sekali tidak dibersihkan," tegasnya.

Usai melahirkan, kakak dari Erlangga menayakan tentang kondisi bayi yang seharusnya diberikan ASI oleh ibunya. Namun saat itu bidan mengatakan berat badan bayi tidak normal dan napasnya pun tidak stabil sehingga harus menjalani perawatan di dalam inkubator.

Erlangga menyebut inkubator di klinik tersebut sangat sederhana dan berbeda dari rumah sakit. Ia juga diberi tahu bahwa bayinya akan dipantau setiap jam karena kondisi tersebut hingga akhirnya diizinkan untuk diberi ASI.

Keesokan harinya, bayi dengan bobot 1,7kg itu dimandikan oleh bidan dengan waktu yang cukup lama. Ia menduga anaknya kembali dijadikan bahan praktek oleh mahasiswa di klinik tersebut. Bahkan setelah dimandikan, istri Erlangga dan juga bayinya diizinkan untuk pulang ke rumah.

"Pukul 08:30 WIB anak saya selesai dimandikan, yang jadi pertanyaan saya apakah bayi 1,7kg bisa dimandikan? Lalu si bidan juga memberitahu bahwa anak dan istri saya diperbolehkan pulang. Saya kira hanya istri saya saja yang pulang, ternyata anak saya juga disuruh pulang. Anak bayi 1,7kg disuruh pulang? Tidak salah?" ungkapnya.

Saat hendak pulang, Erlangga menyelesaikan proses administrasi di Klinik Alifa, tetapi ia terkejut saat dimintai uang Rp1 juta untuk biaya persalinan tanpa kwitansi dan informasi jelas.

Bahkan, kata Erlangga, saat pulang ke rumah ia tidak diberikan surat apapun dari klink yang menyatakan bayinya diizinkan pulang dari klinik. Erlangga pun curiga dengan prosedur dari Klinik Alifa tersebut.

Kemudian, setelah diizinkan pulang, kondisi anak Erlangga semakin menurun. Hal ini lantaran ASI yang tak kunjung keluar dan juga bidan dari klinik menyarankan agar diberikan susu penambah berat badan.

Tetapi kondisi tersebut justru membuat bayi Erlangga semakin memburuk. Sekitar pukul 21:00 WIB, jantung bayi Erlangga tidak berdetak. Ia pun bergegas ke Klinik Alifia namun kondisinya terkunci.

"Sesampainya disana klinik malah tutup dengan di kunci gembok. Saya gedor-gedor gerbang klinik karena panik ingin memastikan kondisi anak saya. Lumayan lama saya gedor-gedor pintu gerbang. Saya meminta bidan jaga untuk memeriksa anak saya, ada satu orang laki-laki entah itu dokter atau siapa, dia memeriksa anak saya lalu menyebutkan bahwa anak saya sudah meninggal," katanya.

Setelah menyatakan anak Erlangga meninggal dunia, laki-laki yang diduga dokter itu pun menghilang. Sementara empat bidan yang ada di klinik terlihat bersembunyi. Erlangga bahkan tidak diberi keterangan lebih lanjut terkait kondisi bayinya.

Erlangga lantas membawa bayinya ke arumah Sakit Jasa Kartini dan langsung dibawa menuju Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk ditangani. Saat itu, dokter dan suster yang menangani terkejut saat tahu berat badan anak Erlangga yang hanya 1,5kg tanpa perawatan di inkubator.

"Suster dan dokter disana semua pada kaget kenapa ini anak dengan BB yang hanya 1,5kg kok bisa pulang? Kenapa ga di inkubator? Minimal inkubator untuk bayi dengan BB 1,5kg adalah selama tujuh hari atau sepuluh hari menurut suster di Rumah Sakit Jasa Kartini," jelasnya.

Hingga akhirnya, dokter di Rumah Sakit Jasa Kartini menyatakan anak Erlangga meninggal dunia. Erlangga beserta keluarga pun diberikan surat keterangan kematian dan diantar ke rumah menggunakan ambulans.

Keesokan harinya, tepatnya pada 15 November 2023, kakak Erlangga, Nadia, mendatangi Klinik Alifa untuk meminta keterangan dari bidan-bidan yang berjaga atas kejadian tersebut. Namun Nadia justru dipermainkan oleh pihak klinik lantaran dibuat menunggu selama kurang lebih 1,5 jam untuk bertemu dengan bidan yang menangani adik iparnya melahirkan.

Lebih lanjut, keluarga Erlangga mendapti fakta bahwa bayi tersebut justru dijadikan konten oleh pihak Klinik Alifa. Bayi tersebut diabadikan dan menjalani proses foto season di Klinik Alifa.

"Bayi 1,5KG kalian beginikan tanpa ada ijin dari pihak keluarga,tanpa ada pemberitahuan dari pihak keluarga. Yang harus nya ini bayi di inkubator dan di berikan perawatan yang intensif malah kalian buat review dan konten. Dimana hati nurani kalian ????????? Ini manusia loh bukan binatang !!! klinikalifa," ujar Nadia sembari membagikan hasil pemotretan tersebut.

Sejauh ini pihak keluarga Erlangga sudah melaporkan Klinik Alifa ke Polres Tasikmalaya.

Rekomendasi