ERA.id - Kasus dugaan bullying atau perundungan kembali mewarnai dunia pendidikan Indonesia. Kali ini seorang siswa sekolah dasar (SD) di Sukabumi, Jawa Barat, diduga dibully hingga mengalami patah tulang.
Dugaan perundungan itu dibagikan oleh pengacara Mellisa Anggraini dalam cuitannya di X atau Twitter. Dalam cuitan itu, Mellisa mengatakan korban bernama Leon mengalami perundungan selama 12 bulan di sekolah.
“Saya ingin bercerita tentang kasus kekerasan terhadap anak di Sukabumi Kota bernama Leon, 12 bulan Leon mengalami perundungan dilingkungan sekolah, sampai akhirnya 7 bulan lalu lengannya harus dioperasi karena patah didorong dan dihantam oleh teman sekolahnya,” kata Mellisa dalam cuitan di X, Jumat (8/12/2023).
Pasca lengannya patah, kata Mellisa, pihak sekolah tidak langsung membawa Leon ke rumah sakit. Mereka justru membuat skenario palsu demi menjelaskan ke pihak keluarga Leon atas insiden yang terjadi.
Bahkan, kata Mellisa, orang tua pelaku perundungan itu justru datang lebih dulu dari pada keluarga Leon. Mellisa juga mengatakan selama di unit kesehatan sekolah (UKS), Leon dipaksa untuk menghapal skenario yang dibuat guru di sekolah untuk diceritakan lagi ke orang tuanya.
“Pasca lenggannya patah, guru2 bukan segera membawa leon ke RS namun malah menyusun siasat dan kronologis yang akan disampaikan kpd orgtua leon, bahkan orgtua pelaku datang lebih dulu dibanding orgtua Leon sendiri,” tegasnya.
“Di ruang UKS leon yg sdh amat kesakitan akibat lengannya yg patah dan bengkak tetap dipaksa untuk menghafal skenario baru, tentu saja ini tujuannya melindungi pelaku anak yg telah membuat Leon celaka, leon diintimidasi untuk tdk menceritakan kejadian sebenarnya kepada orgtuany,” sambungnya.
Kronologi kejadian palsu itu pun diterima oleh keluarga Leon yang saat itu tahu anaknya jatuh sendiri saat bermain. Keluarga Leon tidak mengetahui kronologi yang sebenarnya hingga tujuh bulan setelah kejadian itu terjadi.
Pasca tangannya sembuh, Leon disebut tetap melanjutkan sekolah dengan perasaan takut akan kejadian serupa terulang. Leon pun dibawa ke psikolog lantaran menjadi sangat murung setelah kasus tersebut.
Dari situlah terungkap bahwa Leon mengalami perundungan sekaligus intimidasi selama 12 bulan. Pelaku diduga merupakan anak dari orang berada dan berpengaruh di Sukabumi.
“Setelah Leon dipertemukan dgn psikolog baru terbongkar, Leon sdh 12 bulan mengalami kekerasan psikis dan fisik, tidak saja oleh pelaku anak yg disinyalir anak org kaya dan berpengaruh di sukabumi kota, apakah krn ini sekolah bungkam dan menutup2i smua perundungan yg dialami Leon,” ungkapnya.
Tidak berhenti begitu saja, dalam pengakuannya, Leon juga tidak hanya diintimidasi oleh pelaku saja. Dia juga mengalami hal tidak menyenangkan dari orang tua pelaku.
Orang tua pelaku disebut juga ikut mengintimidasi Leon akibat kejadian itu. Bahkan orang tua pelaku disebut ikut melakukan kekerasan kepada Leon.
“Menurut keterangan Leon, bahkan guru2 dan orgtua pelaku juga kerap mengintimidasi dan tak segan jg melakukan kekerasan fisik terhadap leon, tak terbayangkan Leon menyimpan smua itu sendiri hampir setahun ini,” imbuhnya.
Terkait kejadian tersebut, orang tua Leon sudah melaporkan hal ini ke Polres Kota Sukabumi, Jawa Barat sejak 16 Oktober 2023. Namun kasus ini tidak kunjung naik ke penyidikan.
Menurut keterangan akun @PartaiSocmed, kejadian yang menimpa Leon ini terjadi di SD Yuwati Bhakti, Sukabumi, Jawa Barat. Sementara orang tua pelaku diduga merupakan usaha serta saham di sebuah rumah sakit di Sukabumi, bernama Winanto Suherli.
"Dapat info nama sekolahnya SD Yuwati Bhakti dan ayah dari anak pelaku bernama Winanto Suherli. Adakah yg bisa mengkonfirmasi informasi ini?" tulis akun tersebut.
Senada dengan akun @partaiSocmed, pegiat sosial media yang kerap membagikan kejadian viral @mazzini_gsp turut membenarkan informasi tersebut. Dalam cuitannya, Mazzini membenarkan ayah pelaku bernama Winanto Suherli.
"Informasi yg sama juga gue dapet Tum. Orang tua dari pelaku anak terlibat pidana hukum adalah Winanto Suherli dan Juliana," kata Mazzini.