Bima Arya Minta Atraksi Lampu di Kebun Raya Bogor Dihentikan Sementara, Minta Kajian BRIN hingga Kampus

| 29 Sep 2021 13:55
Bima Arya Minta Atraksi Lampu di Kebun Raya Bogor Dihentikan Sementara, Minta Kajian BRIN hingga Kampus
Glow

ERA.id - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto meminta agar konsep wisata malam di Kebun Raya Bogor, GLOW dikaji lebih dalam dengan melibatkan pakar.

Dikajinya konsep GLOW ini dilakukan agar bisa menjawab kekhawatiran masyarakat luas.

“Jadi saya minta agar konsep GLOW ini dikaji dengan melibatkan para pakar. Ada dari IPB University, dari BRIN juga untuk bisa memberikan jawaban terkait dengan kekhawatiran publik,” ujar Bima Arya.

Bima Arya mengatakan, pengkajian mendalam itu harus berdasarkan pada data dan landasan KRB. Seperti, berapa spesies makhluk hidup yang ada di KRB, seperti apa komunitasnya setiap malam, dan sejauh mana aktivitas atraksi malam dari GLOW bisa mengganggu ekosistem di sana.

Oleh karena itu, agar pihak IPB University juga bisa memberikan penelitinya untuk bisa berkoordinasi dengan BRIN.

“Apapun jawabannya nanti, tentu kami akan komunikasikan lagi dengan PT MNR. Pada intinya kita pastikan semuanya berjalan sesuai karakter Kota Bogor dan potensi yang ada di KRB,” tuturnya.

Dia menegaskan, kewenangan Kebun Raya sejak dulu hingga saat ini masih menjadi otoritas dari BRIN yang dulunya adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor pun hingga saat ini terus berkoordinasi dengan KRB dan BRIN, untuk memastikan adanya sinkronisasi antara tata kota, fisik kota, dan pengembangan Kebun Raya.

Sehingga, kata dia, kebijakan yang ada di Kebun Raya murni menjadi kewenangan LIPI. Selain itu, dia pun menyepakati dengan PT MNR jika Kebun Raya merupakan pusat konservasi, dan tempat kajian atau riset selain sebagai tempat wisata.

“Oleh karena itu konsep pengembangan kebun raya ini semestinya harus selalu berpedoman pada prinsip tadi,” ucapnya.

Menurut Bima Arya, Kebun Raya merupakan penyelamat Kota Bogor. Juga menjadi karakter Kota Bogor, yang sedang berproses untuk diakui menjadi world heritage.

“Beberapa isu yang menjadi kekhawatiran adanya pengembangan atraksi malam ini dapat menganggu ekosistem maupun konservasi, harus diletakkan secara objektif dan scientific,” pungkasnya.

Sebelumnya, sejumlah mantan pimpinan Kebun Raya Bogor Indonesia melayangkan surat terbuka kepada pengelola Kebun Raya Bogor saat ini.

Hal ini dilakukan menyusul rencana penyuguhan atraksi malam menggunakan lampu hias bertajuk GLOW yang akan dilakukan di lokasi Kebun Raya Bogor.

Surat terbuka dengan judul ‘Menjaga Marwah Kebun Raya’ digagas mantan kepala Kebun Raya Bogor Indonesia, yang terdiri dari Prof. Dr. Made Sri Prana, Prof. Dr. Usep Soetisna, Dr. Ir. Suhirman, Prof. Dr. Dedy Darnaedi, dan Dr. Irawati.

Mantan pimpinan KRB itu mengkritisi penyelewengan tugas pokok dan fungsi Kebun Raya Bogor, yang dianggap sudah melenceng jauh dari marwahnya sebagai tempat edukasi dan konservasi.

“Berdasarkan pengamatan kami, dan adanya masukan dan keluhan melalui media sosial dari berbagai lapisan masyarakat, kami merasa berkewajiban untuk meneruskannya kepada pimpinan yang secara struktur erat dengan tata kelola Kebun Raya Indonesia saat ini,” tulis dalam surat terbuka tersebut, Senin (27/9).

Tak hanya surat terbuka, imbas rencana komersialisasi juga muncul petisi selamatkan kawasan konservasi dan cagar budaya Kebun Raya Bogor.

Petisi yang muncul di situs change.org itu hingga pukul 17:00 WIB, Senin (27/9) sudah mendapatkan 8.476 pendukung dari target 10.000 tandatangan.

Sementara, petisi yang digagas Komunitas Sepakat Bogor itu sudah dimulai sejak Minggu (26/9).

Rekomendasi