Singgung Kontroversi Ciuman Panas dengan Ross MacDonald, Matty Healy: Malaysia Sempat Memenjarakan kami

| 11 Oct 2023 16:15
Singgung Kontroversi Ciuman Panas dengan Ross MacDonald, Matty Healy: Malaysia Sempat Memenjarakan kami
The 1975 (instagram/the1975)

ERA.id - Vokalis grup band The 1975, Matty Healy, kembali mengungkit kontroversi viralnya di Malaysia yang terjadi tiga bulan lalu. Matty mengaku grupnya sempat ditahan sementara oleh pihak berwenang Malaysia.

Pengakuan ini disampaikan oleh Matty Healy selama pertunjukan di Fort Worth, Texas. Dalam pidatonya selama kurang lebih 10 menit, Matty menuduh pihak berwenang Malaysia telah memenjara The 1975 akibat insiden ciuman di atas panggung dengan Ross MacDonald tiga bulan lalu.

"Menyebut pertunjukan tahun 1975 sebagai kolonialisme adalah kebalikan dari arti kata tersebut. Kami tidak mempunyai (kekuasaan) sama sekali untuk memaksakan kehendak pada siapa pun di Malaysia. Faktanya, pihak berwenang Malaysialah yang sempat memenjarakan kami," ucap Matty, dilansir Variety, Rabu (11/10/2023).

Selain itu, Matty juga menyinggung soal pandangan orang yang marah karena The 1975 memberi dukungan penuh terhadap kaum LGBTQ. Dia menyayangkan banyak orang yang menilai aksi ciuman itu sebagai bentuk permusuhan.

"Banyak orang, yang tampaknya merupakan orang-orang liberal, berpendapat bahwa pertunjukan tersebut merupakan bentuk permusuhan yang tidak sensitif terhadap adat istiadat budaya pemerintah Malaysia dan bahwa ciuman tersebut merupakan isyarat performatif dari persekutuan," ucapnya.

Terkait aksi ciumannya dengan Ross MacDonald, Matty menyebut bahwa aksi itu bukan hanya dilakukan di panggung Malaysia saja. The 1975 sudah melakukan aksi pertunjukan itu di banyak konser di Amerika. Dia juga menekankan aksi itu bukan untuk memprovokasi pemerintah seperti yang dituduhkan.

"Kami memilih untuk tidak mengubah set kami malam itu untuk memainkan lagu-lagu yang pro kebebasan berbicara dan pro-gay," tegasnya.

"Menghilangkan bagian rutin apa pun dalam upaya menenangkan pandangan fanatik pemerintah Malaysia terhadap kelompok LGBTQ akan menjadi bentuk dukungan pasif terhadap politik tersebut," sambungnya.

Meski memutuskan untuk tidak mengubah aksi panggung itu, Matty memahami bahwa pemerintah Malaysia akan marah dengan hal tersebut. Apalagi, kata Matty, pemerintah Malaysia memiliki undang-undang yang mengatur soal anti-LGBTQ.

"Tentu saja pihak berwenang Malaysia marah, karena homoseksualitas dikriminalisasi dan dapat dihukum mati dalam teokrasi otoriter mereka. Ini adalah realitas kekerasan yang dikaburkan oleh istilah yang lebih bersahabat, yaitu 'adat istiadat budaya'," tegasnya.

Lebih lanjut, Matty Healy menyinggung kembali pemerintah Malaysia tentang undang-undang negaranya dengan menganalisa keputusan mengundang artis barat untuk tampil. Baginya, bila sudah memutuskan mengundang artis luar negeri untuk tampil, pihak penyelenggara sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan dibawa oleh penampil di atas panggung.

"Seharusnya jika Anda mengundang puluhan artis Barat ke negara Anda, mereka akan membawa serta nilai-nilai Barat. Jika hal yang sama yang membuat Anda sadar akan hal tersebut dapat membuat mereka dipenjara di negara Anda, Anda sebenarnya tidak mengundang mereka untuk tampil. Anda secara tidak langsung memerintahkan mereka untuk tidak mencerminkan kebijakan negara Anda," tutupnya.

Rekomendasi