ERA.id - Menteri BUMN Erick Thohir mendapat pujian selama menjadi menteri. Lewat sebuah tulisan, pemerhati BUMN, Vicky Suyanto, menulis kesan terkait pengembangan lini bisnis BUMN semenjak ditangani mantan bos Inter Milan itu.
Seperti apa kesannya? Berikut tulisannya.
Holding dan Subholding Company: Kerja Makin Efisien, Aset Semakin Kuat
Masyarakat tentu familiar dengan istilah Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Bagaimanapun, jumlah yang mengenal istilah holding BUMN, sangat mungkin jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah warga yang akrab dengan kata BUMN itu sendiri.
Saat sedang berproses membentuk holding dan subholding PT PLN (Persero), Wakil Menteri
BUMN Pahala Mansury mengungkapkan bahwa holding dan subholding PT PLN (Persero) dibentuk agar kinerja tiap-tiap bagian dapat terpantau dengan efektif dan efisien. Pembentukan juga dilakukan agar kinerja perusahaan menjadi transparan.
Sejak memegang jabatan sebagai Menteri BUMN pada akhir 2019, Erick Thohir telah menutup minimal 70 BUMN yang dianggap sudah tidak produktif lagi sehingga membebani keuangan negara.
Sebagai pemegang kuasa tertinggi di lingkungan kementerian BUMN, Erick Thohir berinisiatif membuat subholding BUMN yang berisikan pengelompokan BUMN berdasarkan sektor kerjanya.
Subholding BUMN ini berdiri sendiri alias tidak saling tergantung walau berada di bawah
payung yang sama. Sejauh ini, Erick telah berhasil membuat lebih dari 10 cluster atau klaster dalam tubuh BUMN yaitu Jasa Pariwisata dan Pendukung; Klaster Telekomunikasi dan
Media; Klaster Energi, Minyak dan Gas; Klaster Kesehatan; Klaster Manufaktur; Klaster
Pangan dan Pupuk; Klaster Perkebunan dan Kehutanan; Klaster Mineral dan Batubara; Jasa
Asuransi dan Dana Pensiun;Jasa Keuangan; Jasa Infrastruktur; dan yang terakhir adalah Jasa
Logistik.
Setiap klaster memiliki holding yang mengelola bisnis sejenis dan di bawah holding ada lagi
beberapa subholding. Pembentukan holding dan subholding ini membuat performa kerja
perusahaan pelat merah menjadi optimum.
Iklim usaha semakin kondusif dan kerja jadi lebih efisien, karena pendekatan yang dilakukan bersifat sektoral dan integratif, dan membuat Holding company tersebut menjadi lebih besar dari sisi nilai aset.
Ambillah jasa infrastruktur sebagai contoh. Di bawah klaster ini terdapat beberapa holding
dengan PT Hutama Karya (Persero) sebagai lead holding. Adapun anggotanya adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, PT Brantas Abipraya (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dan Perum Perumnas.
Adapun subholding adalah unit yang lebih kecil dan punya area kerja yang lebih spesifik. Misalnya, PT Waskita adalah holding dari 4 anak perusahaan atau subholding yaitu Waskita Karya Toll Road, Waskita Karya Realty, Waskita Karya Infrastruktur, Waskita Karya Beton Precast.
Jadi, setiap holding memiliki cluster bisnis yang independen, sehingga leluasa untuk
menciptakan inovasi. Geraknya fleksibel dan skema pendanaan berpotensi untuk dibuat jadi
lebih menguntungkan.
Langkah untuk membentuk holding dan subholding yang dilakukan oleh Erick Thohir ini membuat program-program nasional jadi lebih cepat bisa diwujudkan, ekspor impor menjadi lebih menggeliat, sektor mikro dan makro akan mengalami pertumbuhan yang sehat.
Tentu saja itu semua akan membuat negara yang kita cintai ini menjadi lebih kuat sehingga
siap untuk menjadi kompetitor yang layak diperhitungkan dan Indonesia pun kelak menjadi
salah satu negara terbaik untuk tujuan berinvestasi.
Makanya langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Erick Tohir perlu diapresiasi dan didukung demi kemajuan negara tercinta kita ini.